Tubuh manusia diciptakan sebagai sebuah set mesin yang digunakan untuk menggunakan energi biologis dan juga menyimpan energi hingga saat energi tersebut dibutuhkan. Kemampuan menyimpan energi ini yang kemudian membuat manusia dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan perubahan kondisi yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Saat ketersediaan energi berkurang maka manusia akan menggunakan energi dari simpanan energinya sedangkan saat energi berlebih maka tubuh kita akan menyimpan kelebihan energi tersebut. Simpanan energi ini dimediasi oleh lemak. Tubuh menyimpan lemak sebagian besar dalam jaringan adiposa. Perubahan yang terjadi dalam siklus kekurangan dan kelebihan energi akan menyebabkan fluktuasi terhadap berat badan mengingat lemak juga merupakan salah satu komposisi utama tubuh kita. Meningat dalam kondisi normal (bukan atlet binaraga), penambahan berat badan merefleksikan penambahan lemak, maka banyak standar yang menggunakan penambahan berat badan sebagai proksi penambahan jumlah lemak.
Obesitas atau obesity berasal dari bahasa latin yaitu ob yang berarti ”akibat dari” dan esum artinya ”makan”. Dengan demikian obesitas dapat didefinisikan sebagai akibat dari pola makan yang berlebihan. WHO menyusun definisi baku dari obesitas dan menyatakan kondisi ini sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Secara harfiah, obesitas dapat dijelaskan sebagai kondisi dimana terjadi penumpukkan lemak secara berlebihan, baik secara tersebar maupun terlokalisir. Hal ini dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa metode tergantung pada kebutuhan akan keakuratan hasil pengukuran.
Metode yang dianjurkan adalah dengan menggunakan indeks masa tubuh (IMT) atau quetelet index (BB/TB2). Caranya adalah membagi berat badan (Kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2). Petunjuk klinis dari National Institutes of Health dan WHO mengklasifikasikan individu dengan IMT lebih dari 25 kg/m2 sebagai kelebihan berat badan (overweight) dan individu dengan IMT lebih dari 30 kg/m2 ditetapkan sebagai obes. Pada orang dewasa, obesitas ditentukan dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI). Penggolongan obesitas ini merupakan bagian dari penentuan status gizi. Artinya, obesitas merupakan bagian dari status gizi seseorang yaitu status gizi yang berlebih. Berikut ini penggolongan status gizi seseorang berdasarkan indeks massa tubuhnya.
Tabel 1. Klasifikasi status gizi dewasa berdasarkan IMT
Klasifikasi | IMT( kg/m²) | Risiko komorbiditas |
Kurang | < 18.50 | Rendah |
Normal | 18.50 – 24.99 | Rata-rata |
Overweight | ≥ 25.00 | |
– Preobese | 25.00 – 29.99 | Meningkat |
– Obes Kelas I | 30.00 – 34.99 | Sedang |
– Obes Kelas II | 35.00 – 39.99 | Berat |
– Obes Kelas III | ≥ 40 | Sangat berat |
WHO menyatakan bahwa IMT 25-29,9 kg/m² sebagai kriteria untuk kelebihan berat badan (overweight) dan ≥ 30 kg/m² sebagai kriteria obesitas. Beberapa peneliti berargumentasi bahwa data tersebut sebagian diambil dari masyarakat ras Kaukasi yang memiliki perbedaan proporsi tubuh dengan masyarakat dari ras Asia. Oleh karena itu, para pakar dan peneliti dari Asia kemudian mengusulkan definisi baru dari obesitas yang diberi nama indeks massa tubuh dengan rentang 23-24,9 kg/m² sebagai kriteria kelebihan berat badan dan lebih dari 25 kg/m² sebagai kriteria obesitas.
Pada beberapa kasus, penambahan berat badan tidak dapat secara tepat menunjukan penambahan lemak, oleh karena itu, beberapa klinik menggunakan pemeriksaan komposisi tubuh, termasuk pemeriksaan lemak untuk menunjukan apakah berat badan yang tinggi akibat kelebihan penambahan lemak.
Oleh : Harry Freitag LM, S.Gz, M.Sc, RD, PhD
Obesitas Translasional: Aspek Klinis dan Molekuler dari Kejadian Obesitas
Penulis: Harry Freitag Luglio Muhammad
ISBN: 978-602-386-191-0
Buku ini menyajikan bagaimana metabolisme dalam tubuh manusia memegang peranan penting terhadap terjadinya obesitas. Metabolisme dalam tubuh manusia dikendalikan melalui proses molekuler, seperti variasi genetik. Buku ini juga menjelaskan gambaran umum mengenai kajian nutrigenomik pada kondisi obesitas. Selain itu, buku ini diharapkan dapat menjadi landasan pemahaman bagaimana kecenderungan seseorang untuk menjadi gemuk dipengaruhi oleh faktor genetik, dan bagaimana proses molekuler tersebut mengendalikan metabolisme dalam tubuh kita. Pembaca diharapkan dapat menjadikan buku ini sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya sehingga penelitian di bidang obesitas yang sifatnya translasional dapat ditingkatkan. Penulis juga berharap dapat mengantarkan pembaca ke sebuah wacana metode penanganan gizi berbasis informasi genetik dari masing-masing individu. Hal ini penting karena ke depannya pelayanan kesehatan secara umum dan gizi secara khusus akan lebih terpersonalisasi.
Ikuti kelas kami di Udemy
Nutrigenetik : Interaksi Genetik dan Dizi
Sumber :
WHO. 1995. Physical Status: The Use of Interpretation of Anthropometry: Report of a WHO Expert Comitee. Technical Report series no 854. World Health organization, Geneva