oleh Harry Freitag LM, S.Gz, M.Sc, RD, PhD
Jambu biji kaya akan serat karena di dalam 100 gramnya terdapat 5,4 gram serat. Serat adalah komponen dari makanan yang baik karena dapat memperlancar buang air besar dan mencegah konstipasi atau susah buang air besar. Selama melakukan buang air besar, seseorang dapat mengejan namun tidak dapat mengeluarkan feses yang berada di dalam usus. Jika ampas atau sisa makanan terlalu lama berada di saluran cerna maka dapat menering dan mengeras sehingga sulit untuk dikeluarkan. Konstipasi atau sembelit biasanya terjadi karena perjalanan ampas sisa makanan di usus berlangsung lama sehingga pembuangannya menjadi tidak nyaman.
Serat adalah polisakarida dalam tanaman dan liginin yang tahan terhadap hidrolisis oleh saluran cerna akibat proses digesti enzim-enzim pencernaan. Karena ketahanan ini maka zat gizi yang terdapat di dalamnya (karbohidrat) tidak dapat diserap secara langsung oleh saluran pencernaan. Beberapa peneliti telah mengemukakan bahwa serat tida dicerna dan diabsorbsi sehingga akan terus bergerak ke kolon selama pencernaan.
Dampak serat bagi saluran cerna berkaitan dengan dua hal yaitu viskositas (terutama pada saluran cerna bagian atas) dan potensinya untuk difermentasi (terutama pada kolon). Hingga saat ini, serat larut digunakan untuk mengategorikan serat yang viscous dan mampu mempengaruhi konsentrasi gula darah dan menurunkan kadar LDL. Namun, tidak semua serat bersifat viscous. Serat tak larut merupakan serat yang berperan pada kepadatan feses dan meningkatkan laksatif atau memacu buang air besar. Namun tidak semua serat tak larut bersifat laksatif (meningkatkan buang air besar).
Kehadiran serat di lambung dan menunda tingkat pengosongan lambung ke usus halus karena sifat viskositas yang dimilikinya dan sifat yang menyerupai jel. Karena sifat tersebut juga, maka serat dapat mempengaruhi pencernaan zat gizi lainya seperti lemak, kolesterol, karbohidrat dan protein. Studi lain melaporkan bahwa mengonsumsi serat dapat meningkatkan pembuangan zat-zat tersebut. Karena serat mampu memperlambat kecepatan pengosongan lambung dan pencernaan enzimatis di usus maka zat ini mampu menurunkan indeks glikemik makanan yang dimakan seseorang.
Kemampuan serat dalam makanan untuk difermentasi dalam usus besar sangat bervariasi tergantung pada jenis serat dalam bahan makanan itu sendiri. Serat dalam bentuk oat, pektin dan guar dapat dengan mudah difermentasi sedangkan serat yang berasal dari selulosa dan wheat bran lebih sukar untuk terfermentasi. Di dalam buah dan sayuran, terutama jambu biji, jenis serat yang dimiliki lebih kaya akan pektin dan hemiselulosa sehingga mudah untuk difermentasi dalam usus besar.
Sebuah studi yang dilakukan oleh cumming menganalisis lebih dari 100 penelitian yang mengaitkan antara asupan serat dan berat feses. Dari tulisannya dapat diketahui bahwa asupan serat mampu meningkatkan berat feses, sebagai contoh peningkatan asupan serat dalam bentuk pektin sebanyak 1 gram dapat meningkatkan bobot feses hingga 1,3 gram. Semakin berat feses maka akan semakin cepat melalui kolon atau usus besar. Hal ini tidak hanya berkhasiat mencegah dan mengatasi konstipasi atau sulit buang air besar melainkan juga dapat berguna untuk mengurangi tekanan intrakolon dan mengurangi risiko penyakit divertikulosis.