Pentingnya Penilaian Status Gizi
Mengetahui kondisi gizi pasien secara riil adalah hal yang wajib dilakukan oleh seorang ahli gizi (nutrisionis ataupun dietisien). Cara untuk mengetahui kondisi gizi pasien secara akurat yaitu melalui suatu proses yang disebut dengan penilaian status gizi.
Sebagai ahli gizi, melakukan penilaian status gizi tentu bukan hal yang asing bagi kita, bukan?
Penilaian status gizi bisa diartikan sebagai proses pengumpulan dan pemahaman informasi yang berkaitan dengan kondisi gizi pasien.
Informasi ini nantinya akan membantumu sebagai ahli gizi agar bisa membuat kesimpulan apa penyebab utama dari masalah gizi yang dialami pasien.
Setelah ahli gizi tahu apa penyebab utama masalah yang dialami pasien, diharapkan ahli gizi bisa memberikan solusi yang tepat. Karena, beda masalah gizi yang dialami, beda pula solusi terbaiknya.
Terlebih lagi, proses penilaian (assessment) status gizi adalah langkah pertama dan krusial yang menentukan apakah proses-proses asuhan gizi berikutnya dapat berjalan dengan baik.
Sehingga, seorang ahli gizi harus memperoleh informasi tentang pasien selengkap-lengkapnya. Baik itu ahli gizi yang bekerja di rumah sakit, puskesmas, konsultasi online, dan sebagainya.
Melakukan penilaian status gizi tidaklah sesimpel itu. Ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan. Pendekatan ini bisa disingkat sebagai A-B-C-D.
Apa saja pendekatan A-B-C-D itu?
Anthropometry (Antropometri)
Antropometri adalah pengukuran yang digunakan untuk mengetahui ukuran dan komposisi tubuh. Sebagian besar metode antropometri yang digunakan cenderung cepat, mudah dilakukan, murah, dan tidak menimbulkan rasa sakit (invasif).
Beberapa hal itulah yang menjadi keunggulan dari metode antropometri.
Pengukuran antropometri sangat berguna untuk mengetahui pertumbuhan anak, perubahan fisik pada lansia, dan menilai status gizi seseorang berdasarkan usianya.
Beberapa hal yang termasuk pengukuran antropometri antara lain:
- Tinggi badan
- Berat badan
- Lingkar lengan atas
- Lingkar perut
- Ketebalan lemak di bawah kulit
- IMT, dan lain-lain
Selain keunggulan, antropometri juga punya kelemahan yaitu tidak mampu memberikan informasi yang lengkap untuk ahli gizi.
Untuk menutupi kelemahan ini, diperlukan metode pengukuran lain untuk mendukung informasi yang diperoleh dari antropometri.
Biochemical (Biokimia)
Biokimia adalah pengukuran yang berfokus pada pengujian kadar zat di dalam darah.
Pengukuran biokimia dilakukan karena kondisi gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap kadar zat di dalam tubuhnya. Jika ada masalah gizi, maka hasil pengujian biokimia akan menunjukkan kadar zat yang tidak normal.
Selain itu, pengukuran biokimia juga bisa memberikan informasi yang tidak bisa didapatkan dari pengukuran antropometri.
Apa saja yang diukur dari pengukuran biokimia?
- Hemoglobin (Hb)
- Albumin
- Jumlah sel darah merah dan putih
- Kadar urea
- Kadar mineral (natrium, kalsium, fosfat, dan lain-lain)
- Kadar vitamin
Kondisi biokimia seseorang dapat diketahui jika diuji di laboratorium. Pengujian dilakukan dengan mengambil sampel seperti darah, urin, atau feses.
Ahli gizi bisa menilai kondisi biokimia pasien dengan cara membaca hasil pengujian lab dan membandingkannya dengan angka normal.
Clinical (Klinis)
Penilaian secara klinis berfokus pada riwayat penyakit atau gangguan kesehatan yang diderita oleh pasien.
Riwayat penyakit atau gangguan pasien perlu diketahui karena dapat mempengaruhi asupan gizi yang dibutuhkannya. Suatu penyakit bisa membuat pasien membutuhkan zat gizi tertentu lebih banyak ataupun lebih sedikit.
Beberapa riwayat penyakit yang bisa mempengaruhi kebutuhan zat gizi seseorang yaitu:
- Diabetes
- Penyakit jantung
- Stroke
- PPOK (Paru-paru obstruktif kronis)
- GERD
- Luka bakar
- Trauma fisik
- Diare dan konstipasi
- Kesulitan mengunyah dan/atau menelan, dan lain-lain
Dietary (Pola Asupan Makan)
Dietary atau pola asupan makan adalah pengukuran terakhir dari rangkaian A-B-C-D.
Selain mengukur komposisi tubuh, kadar biokimia, dan riwayat penyakit, seorang ahli gizi juga harus bisa mengetahui kebiasaan makan pasien.
Salah satu penyebab yang paling sering menimbulkan masalah gizi adalah kebiasaan makan yang tidak tepat. Mengetahui kebiasaan makan pasien bisa membantu kamu sebagai ahli gizi dalam menilai apa yang salah dari pola makan pasien.
Selain itu, ahli gizi juga bisa mengetahui makanan apa yang biasa dikonsumsi oleh pasien. Apakah pasien suka makanan yang digoreng, suka minum minuman manis, suka ngemil, apakah suka jenis makanan tertentu, dan lain-lain.
Pengukuran pola asupan makan meliputi informasi tentang jam makan, porsi makan, jenis makanan, dan frekuensi makan dalam jangka waktu tertentu.
Penulis : I Putu Febrian Andira Putra, S.Gz
References :
https://www.statpearls.com/ArticleLibrary/viewarticle/140683
https://www.bapen.org.uk/nutrition-support/assessment-and-planning/nutritional-assessment?showall=1