Oleh Winda Murod, S.Gz, MPH
.
Halo Sobat Gizi Gama, apa kabar kalian? Kali ini saya akan membahas lanjutan dari topik yang kita bahas minggu lalu. Waktu itu saya sempet sampaikan mengenai sayuran Cruciferous dan jerawat, nah disini saya akan fokus pada topik jerawat (Acne vulgaris) dan hubungannya dengan diet atau asupan makan.
Saya bukan ahli kulit atau ahli jerawat, namun saya beranikan untuk membahas topik ini karena saya pun pernah jerawatan parah selama beberapa tahun. Jadi artikel ini adalah perpaduan antara penelusuran pustaka yang saya lakukan dengan pengalaman saya sendiri, dan memang terdapat hubungan disitu. Typikal jerawat setiap orang berbeda, namun semoga sedikit banyak teman-teman pejuang jerawat bisa mengambil manfaat ya dari artikel ini.
Studi Ekologikal Jerawat hubungannya dengan Diet/Pola Makan
Berbagai riset telah dilakukan untuk menemukan hubungan antara jerawat dan asupan makanan dengan hasil yang kontroversial dan tidak konsisten. Namun demikian, ada beberapa riset yang memberikan petunjuk, bahwa makanan-makanan modern (dalaam beberapa artikel menyebutnya sebagai Western food), yaitu pola makan tinggi gula, makanan instan/processed food, serta rendah sayur dan buah dapat meningkatkan risiko timbulnya jerawat. Schaefer (1971) adalah seorang dokter yang menghabiskan waktu selama hampir 30 tahun menjadi praktisi bagi orang-orang Inuit di Eskimo, melihat transisi mereka dari gaya hidup tradisional ke gaya hidup yang lebih modern, kemudian didukung oleh Bendiner (1974) melaporkan bahwa tidak ada kasus jerawat pada orang Inuit hingga terjadinya akulturasi dengan masyarakat atau gaya hidup Western. Riset juga membuktikan bahwa masyarakat di pedesaan Kenya, Zambia dan suku Bantu di Afrika Selatan mempunyai lebih sedikit kasus jerawat, dibandingkan dengan diaspora mereka yang hidup di UK atau US.
Penelitian lebih mendalam juga dilakukan oleh Dr. Lauren Corden (2006) pada suku yang masih terisolasi dari gaya hidup Western yaitu suku Kitavan di Papua Nugini dan suku Ache di Paraguay. Sebanyak 1200 orang Kitavan dan 115 orang Ache dari berbagai tingkatan usia (mulai 15 tahun) tidak ada satu pun yang mengalami jerawat. Peneliti menyimpulkan bahwa hal ini berhubungan dengan diet, yang sangat jauh dari diet Western, yang rendah glikemik indeks atau rendah gula sederhana.
Pola makan orang Kitavan terdiri dari umbi-umbian, buah, ikan, dan kelapa, sedangkan orang Ache dominan mengkonsumsi jagung, beras, kacang, daging lokal, produk hasil hutan lokal, dan hanya 8% saja mengkonsumsi Western food seperti pasta, tepung terigu, gula dan roti. Studi-studi tersebut membuktikan bahwa sedikit banyak asupan makan dan pola makan juga mempengaruhi timbulnya jerawat.
Penyebab Langsung Jerawat
Sebelum melangkah ke bahasan yang lebih rinci lagi mengenai diet, mari kita bahas penyebab dari jerawat itu sendiri. Penyebab jerawat itu multifaktorial, bahkan kalau ada pasien jerawat diberikan pertanyaan : “Kenapa kamu jerawatan?” kebanyakan jawabannya “tidak tahu”. Ya ini karena banyak sekali faktor lain yang bisa menyebabkan timbulnya jerawat ini. Namun demikian ada 4 faktor penyebab langsung (proximate causes), yaitu penyebab terdekat secara biologis untuk timbul jerawat, yaitu :
1. Tertutupnya pori-pori oleh suatu zat ataupun kotoran.
2. Produksi sebum (minyak kulit) yang berlebihan
3. Koloni bakteri yang muncul akibat penumpukan sebum
4. Inflamasi atau peradangan jaringan setelah terinfeksi bakteri.
Mari kita pahami 4 faktor penyebab langsung ini yang sekaligus menjadi mekanisme dari munculnya bibit jerawat hingga terjadi peradangan.
Pori-pori kulit wajah manusia menjadi jalan keluar sebum. Nah jangan dikira sebum ini tidak ada fungsinya ya. Sebum dikeluarkan dalam jumlah tertentu berfungsi untuk melumasi kulit, agar tidak kering dan mendapatkan kelembaban yang sesuai. Masalahnya, jika pori-pori tertutup, maka yang terjadi sebum akan menumpuk di bawah pori, dan terjadilah kumpulan lemak yang disebut sebagai pimple/comedo dan seterusnya dapat menjadi jerawat.
Bagaimana pori-pori ini bisa tertutup? Banyak penyebabnya, misal polusi, debu, dan kotoran lainnya. Namun yang penting perlu diketahui, kotoran dari luar sebenarnya bukan penyebab utama dari penutupan pori ini. Yang lebih sering terjadi pada orang dengan jerawat adalah tertutupnya pori oleh sel epitel kulit. Setiap hari di permukaan sel kulit kita, terjadi penggantian sel baru dan kematian sel lama, yang disebut apoptosis. Hal ini normal karena memang sel kulit harus selalu digantikan dengan yang baru. Namun demikian pada orang tertentu, apoptosis atau kematian sel kulit lama ini selalu terlambat terjadi, sehingga sel epitel menumpuk dan terbentuklah tumpukan sel kulit epitel yang disebut corneocyte, yang bisa menutup pori-pori. Makanya pada orang jerawatan kadang merasa bingung, sudah selalu menjaga kebersihan, cuci muka rajin, tetapi kenapa tetap jerawatan. Penyebabnya yang hal itu, berasal dari penumpukan sel epitel yang terus terjadi.
Nah, setelah terjadi penumpukan sebum tadi, maka menjadi lahan yang subur bagi pembentukan koloni bakteri Propionibacterium acnes. Bakteri ini dalam jumlah normal memang berada di wajah manusia. Dengan adanya penyumbatan tadi, maka bakteri dapat membentuk koloni. Kemudian selanjutnya terjadilah infeksi dan peradangan, yang kemudian akan memperbesar pimple, dan bahkan memerah di sekitarnya, karena terjadi radang pada jaringan di sekitarnya.
Cukup panjang ya baru sampai ke tahap penyebab ini, hehe..sabar ya,, supaya artikel tidak terlalu panjang dan kamu bakal balik lagi ke web ini, next artikel aku bakal bahas mengenai Penyebab Tidak Langsung Jerawat dan Makanan apa saja yang menyebabkan timbulnya jerawat, maupun yang mengurangi keparahannya. Terimakasih..see u next week.. ^__^
Sumber :
Bendiner E. 1974. Disastrous trade-off: Eskimo health for white “civilization. ” Hosp Pract ;9:156–89.
Cordain, L. 2006. The Dietary Cure for Acne. Colorado : Paleo Diet Enterprises
Davidovici, B.B & Wolf, R. 2010. The role of diet in acne: facts and controversies. Clinics in Dermatology 28, 12–16
Schaefer O. When the Eskimo comes to town. 1971. Nutrition Today ; 6:8–16.
Wolf, R., Matz, H., & Orion, E. 2004. Acne and Diet. Clinics in Dermatology : 22 : 387-393