Tubuh memiliki sinyal hormonal yang mempengaruhi metabolisme zat gizi seperti hormon seksual (estrogen), tiroid dan leptin.
Selain memengaruhi produksi hormon seksual dan hormon tiroid, beberapa penelitian telah mencoba mengidentifikasi dampak puasa Ramadan pada produksi hormon leptin, meskipun hasil-hasilnya masih menjadi perdebatan. Penelitian yang dilakukan oleh Kassab et al. (2003 dan 2004) menunjukkan bahwa puasa Ramadan dapat meningkatkan produksi hormon leptin pada wanita dewasa. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan dalam persentase lemak tubuh dan aktivitas hormon insulin. Namun, hasil ini berbeda dengan penemuan yang dilakukan oleh Vardarli et al. (2014), yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam kadar leptin sebelum dan setelah puasa Ramadan pada pria dewasa. Studi lain yang dilakukan oleh Bouhlel et al. (2008) juga menyatakan bahwa tidak ada perubahan dalam kadar leptin pada atlet pria dewasa yang menjalani puasa Ramadan. Diperkirakan bahwa perubahan kadar leptin pasca puasa Ramadan ini berkaitan erat dengan perubahan pola makan dan pola tidur yang dialami oleh umat Muslim (Sadeghirad et al, 2012). Namun, mekanisme pasti dari perubahan ini masih belum sepenuhnya dipahami secara ilmiah.
Leptin adalah salah satu protein yang diproduksi oleh jaringan lemak dengan fungsi yang mirip dengan protein proinflamasi seperti Interleukin 6 (Baumann et al, 1996). Leptin dianggap sebagai salah satu biomarker yang menghubungkan obesitas dan defisiensi zat besi, karena individu yang memiliki kelebihan lemak tubuh cenderung memiliki kadar leptin yang lebih tinggi (Considine et al, 1996). Selain berperan dalam pengaturan nafsu makan, leptin juga memiliki kemampuan mengendalikan ekspresi hepcidin, sebuah protein yang bertanggung jawab atas keseimbangan zat besi dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Chung et al (2007) menunjukkan bahwa leptin dapat meningkatkan ekspresi hepcidin pada sel-sel hepatoma. Peningkatan ini terjadi melalui interaksi antara leptin dan reseptornya di sel hepatoma (OB-Rb). Saat terikat dengan reseptor, leptin menginduksi sinyal melalui jalur JAK/STAT yang pada akhirnya mengakibatkan peningkatan transkripsi hepcidin.
Leptin: Menelusuri Peran dalam Perubahan Berat Badan saat Puasa Ramadan
Kami telah mengadakan penelitian tentang dampak puasa Ramadan pada individu yang mengalami overweight dan obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan kadar leptin selama puasa Ramadan dan menghubungkannya dengan perubahan antropometri. Kami melakukan pengukuran pola makan, aktivitas fisik, waktu tidur, berat badan, dan kadar leptin dalam plasma sebelum dan setelah Ramadan.
Studi ini merupakan studi kohor perspektif yang melibatkan tiga tahap pengukuran: sebelum puasa Ramadan (minggu 0), akhir Ramadan (minggu 4), dan dua minggu setelah Ramadan berakhir (minggu 6). Pengukuran pada minggu ke-6 ini penting untuk menghitung fenomena “yoyo effect” atau rebound berat badan. Kami mengukur rebound berat badan dengan membandingkan perubahan berat badan setelah Ramadan dengan perubahan berat badan selama puasa Ramadan. Dalam perhitungan rebound berat badan ini, kami mempertimbangkan perubahan berat badan secara relatif (dibagi dengan berat badan awal) dan waktu tempuh dalam satu periode (dibagi dengan jumlah minggu).
Dari penelitian ini diketahui bahwa penambahan berat badan pada minggu ke-4 hingga ke-6 (dua minggu setelah Ramadan) lebih cepat dibandingkan dengan penurunan berat badan selama puasa Ramadan (minggu 0-4). Berdasarkan temuan kami, kami berpendapat bahwa pada individu yang mengalami kelebihan berat badan dan menjalani Puasa Ramadan, mereka kemungkinan akan mengalami penurunan berat badan selama Ramadan, tetapi peningkatan berat badan setelahnya lebih signifikan. Hal ini mengindikasikan adanya fenomena “yoyo effect” akibat puasa Ramadan.
Untuk memahami fenomena “yoyo effect” yang terjadi setelah puasa Ramadan, kami melakukan analisis kadar leptin pada individu yang mengalami overweight atau obesitas, yang merupakan subjek penelitian kami. Pengukuran kadar leptin dilakukan pada dua titik waktu, yakni sebelum (minggu 0) dan pada akhir (minggu 4) puasa Ramadan. Hasil penelitian kami mengungkap bahwa terjadi penurunan signifikan dalam kadar leptin pada akhir puasa Ramadan, dan penurunan ini memiliki korelasi dengan penurunan berat badan yang dialami oleh subjek penelitian kami.
Untuk mendapatkan materi lebih lanjut, bergabunglah dengan Kelas Manajemen Obesitas yang tersedia di Udemy. Gunakan tautan pada gambar berikut.
Oleh Harry Freitag LM, S.Gz, M.Sc, RD, PhD