Obesitas atau obesity berasal dari bahasa latin yaitu ob yang berarti ”akibat dari” dan esum artinya ”makan”. Dengan demikian obesitas dapat didefinisikan sebagai akibat dari pola makan yang berlebihan. WHO menyusun definisi baku dari obesitas dan menyatakan kondisi ini sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Secara harfiah, obesitas dapat dijelaskan sebagai kondisi dimana terjadi penumpukkan lemak secara berlebihan, baik secara tersebar maupun terlokalisir. Hal ini dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa metode tergantung pada kebutuhan akan keakuratan hasil pengukuran. Metode yang dianjurkan adalah dengan menggunakan indeks masa tubuh (IMT) atau quetelet index (BB/TB2).
Caranya adalah membagi berat badan (Kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2).
Petunjuk klinis dari National Institutes of Health dan WHO mengklasifikasikan individu dengan IMT lebih dari 25 kg/m2 sebagai kelebihan berat badan (overweight) dan individu dengan IMT lebih dari 30 kg/m2 ditetapkan sebagai obes. Pada orang dewasa, obesitas ditentukan dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI). Penggolongan obesitas ini merupakan bagian dari penentuan status gizi. Artinya, obesitas merupakan bagian dari status gizi seseorang yaitu status gizi yang berlebih. Berikut ini penggolongan status gizi seseorang berdasarkan indeks massa tubuhnya.
Klasifikasi status gizi dewasa berdasarkan IMT
Klasifikasi | IMT( kg/m²) | Risiko komorbiditas |
Kurang | < 18.50 | Rendah |
Normal | 18.50 – 24.99 | Rata-rata |
Overweight | ≥ 25.00 | |
– Preobese | 25.00 – 29.99 | Meningkat |
– Obes Kelas I | 30.00 – 34.99 | Sedang |
– Obes Kelas II | 35.00 – 39.99 | Berat |
– Obes Kelas III | ≥ 40 | Sangat berat |
WHO (2000) menyatakan bahwa IMT 25-29,9 kg/m² sebagai kriteria untuk kelebihan berat badan (overweight) dan ≥ 30 kg/m² sebagai kriteria obesitas. Beberapa peneliti berargumentasi bahwa data tersebut sebagian diambil dari masyarakat ras Kaukasi yang memiliki perbedaan proporsi tubuh dengan masyarakat dari ras Asia. Oleh karena itu, para pakar dan peneliti dari Asia kemudian mengusulkan definisi baru dari obesitas yang diberi nama indeks massa tubuh dengan rentang 23-24,9 kg/m² sebagai kriteria kelebihan berat badan dan lebih dari 25 kg/m² sebagai kriteria obesitas.
Obesitas merupakan kondisi kesehatan yang kompleks sehingga dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti pola makan, aktivitas fisik, perilaku, genetik dan hormonal. Sebagian besar dari faktor risiko obesitas adalah perubahan besar yang terjadi di dunia ini. Perubahan ini terjadi secara individual saja dan juga secara sistemik di hampir seluruh negara di dunia ini. Perubahan ini terjadi seiring dengan perkembangan teknologi dan inovasi yang dilakukan oleh manusia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan berkembanganya dunia teknologi pegolahan makanan, transportasi serta arus globalisasi menyebabkan perubahan pada pola makan masyarakat di hampir semua belahan dunia. Struktur dan komposisi makanan dari banyak negara mengalami perubahan mengikuti tren perubahan pola makan dunia. Dewasa ini jumlah makanan dan minuman terproses yang telah dimaniskan meningkat secara drastis. Produk-produk ini yang terutama diproduksi oleh perusahaan makanan dan minuman multinasional dengan promosi yang sangat efektif sehingga memungkinkan perubahan secara dramatis pada pola makan masyarakat.
Selain konsumsi makanan dan minuman terproses, masyarakat kita juga semakin banyak mengonsumsi minyak sebagai salah satu komponen dalam diitnya. Minyak merupakan bahan makanan yang mendukung penyajian makanan makanan-makanan terutama di wilayah Asia, Timur Tengah dan Afrika. Saat ini semakin banyak orang yang sering mengkonsumsi makanan berminyak daripada sebelumnya, konsumsi minyak ini dapat menjadi masalah ketika tidak diimbangin dengan diit yang seimbang.
Di negara yang memiliki pemasukkan rendah, jumlah makanan yang padat energi meningkat dengan sangat pesat. Makanan ini disajikan dengan harga yang lebih murah sehingga memancing keinginan masyarakat untuk lebih banyak mengonsumsinya. Lebih dari itu, dengan berkembangnya teknologi pertanian dan pengolahan makanan serta sistem perdagagangan yang meluas, kini negara-negara berkembang (seperti halnya Indonesia) mengonsumsi lebih banyak produk makanan hewani dibandingkan sebelumnya. Kondisi ini dapat diperparah dengan rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap pola makan yang baik, kurangnya promosi kesehatan serta kepercayaan masyarakat yang seringkali menghalangi penerimaan masyarakat terhadap informasi yang benar mengenai pola makan yang sehat.
Perubahan mendasar yang terjadi di seluruh belahan dunia tidak hanya berkaitan dengan pola makan saja. Dengan adanya perkembangan teknologi baik itu teknologi transportasi dan komunikasi, pola aktivitas masyarakat pun mengalami perubahan. Kini semakin banyak pekerjaan yang dapat dilakukan di balik meja kantor sehingga energi yang diperlukan untuk beraktivitas menurun dengan drastis. Penurunan aktivitas fisik juga terjadi pada hampir semua jenis pekerjaan.
Di bidang transportasi masyarakat kita mengalami pergeseran yang sangat signifikan. Meskipun negara kita tidak memproduksi sendiri mobil atau sepeda motor, tetapi jumlah penggunanya di perkotaan dapat dikatakan tinggi. Fungsi sepeda yang dulu merupakan model transportasi utama di pedesaan pun kini semakin tergeser oleh motor dan mobil.
Untuk mendapatkan materi lebih lanjut, bergabunglah dengan Kelas Program Penurunan Berat Badan yang tersedia di Udemy. Gunakan tautan pada gambar berikut.
Oleh Harry Freitag LM, S.Gz, M.Sc, RD, PhD