Penting untuk memahami bagaimana tubuh mengatur tekanan darah dan bagaimana genetik dapat memengaruhi sensitivitas seseorang terhadap garam.
Proses Pengendalian Tekanan Darah
Tubuh memiliki mekanisme pengendalian tekanan darah yang melibatkan berbagai organ, seperti hati, ginjal, paru-paru, dan korteks adrenal. Saat tubuh mendeteksi penurunan kadar natrium, volume cairan di luar sel, atau tekanan darah melalui ginjal, itu merespons dengan melepaskan renin. Renin adalah protein yang bereaksi dengan angiotensinogen, protein yang ada dalam aliran darah dan dilepaskan oleh hati. Pertemuan antara angiotensinogen dan renin menghasilkan angiotensin I. Angiotensin I kemudian berinteraksi dengan angiotensin converting enzyme, yang dilepaskan oleh paru-paru, untuk menjadi angiotensin II. Angiotensin II berikatan dengan target jaringan yang memiliki reseptor angiotensin II. Angiotensin II memiliki beberapa peran penting, seperti meningkatkan vasopresin untuk mengembalikan cairan oleh ginjal, meningkatkan rasa haus, dan menyebabkan vasokonstriksi untuk meningkatkan tekanan darah. Angiotensin II juga mengarah ke korteks adrenal untuk merangsang pelepasan aldosteron. Aldosteron ini mencapai ginjal dan menginduksi penyerapan kembali natrium, yang berdampak pada retensi natrium sehingga tidak hilang dalam urin dan tetap beredar dalam darah.
Gen yang Memengaruhi Tekanan Darah
Berbagai protein yang terlibuat dalam proses pengendalian tekanan darah ini dikode oleh gen yang terletak di berbagai organ tubuh. Sebagai contoh, angiotensin dikode oleh gen AGT, renin dikode oleh gen REN, angiotensin converting enzyme dikode oleh gen ACE, dan reseptor angiotensin dikode oleh AGT1R. Peran gen dalam menghasilkan protein ini sangat penting dalam pengaturan tekanan darah.
Ada variasi genetik pada beberapa gen yang berhubungan dengan tingkat sensitivitas terhadap natrium dan risiko hipertensi. Salah satunya adalah variasi rs699 pada gen AGT yang memengaruhi sensitivitas seseorang terhadap natrium. Variasi gen ini terdiri dari dua alel, yaitu T dan C. Perbedaan pada alel ini memengaruhi asam amino yang dihasilkan. Individu dengan alel C cenderung lebih sensitif terhadap natrium, dan ini meningkatkan risiko hipertensi pada kelompok tersebut.
Karena gen memainkan peran penting dalam mengendalikan tekanan darah dan sensitivitas terhadap natrium, rekomendasi konsumsi natrium dapat disesuaikan dengan variasi genetik. Individu yang lebih sensitif terhadap natrium mungkin perlu menjalani diet rendah natrium, sementara individu yang lebih tahan terhadap efek natrium dapat mengikuti rekomendasi konsumsi natrium standar. Ini menunjukkan pentingnya pemahaman tentang genetik dalam pengelolaan kesehatan, terutama dalam hal tekanan darah dan risiko hipertensi.