Tipe Karbohidrat dan Dampaknya pada Kesehatan

Ada dua jenis karbohidrat yang umum dikonsumsi oleh masyarakat: karbohidrat alamiah dan karbohidrat terproses. Karbohidrat alamiah biasanya dikonsumsi dalam bentuk mentah atau minim pemrosesan, seperti sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian. Di sisi lain, terdapat juga karbohidrat yang melalui pemrosesan yang cukup tinggi, seperti tepung terigu dan nasi. Produk olahan seperti kue, roti, mie, dan makanan lainnya sering mengalami pemrosesan yang panjang dan juga mengandung tambahan pemanis. Jenis makanan ini sering disebut sebagai “makanan ultra olahan.” Proses pemrosesan ini dapat membuat karbohidrat dalam makanan lebih mudah meningkatkan kadar gula darah.

Ada berbagai cara untuk menilai karbohidrat dalam makanan, termasuk menghitung jumlah karbohidrat dan mengukur indeks glikemiknya. Secara prinsip, semakin tinggi tingkat pemrosesan makanan, semakin cepat makanan tersebut dicerna oleh sistem pencernaan kita. Hal ini menyebabkan peningkatan cepat dalam kadar gula darah setelah makanan dikonsumsi. Indeks glikemik mengukur seberapa cepat suatu makanan dapat meningkatkan kadar gula darah dan berapa lama peningkatan ini bertahan setelah makanan dikonsumsi. Makanan seperti es krim, roti putih, dan beberapa buah, seperti semangka, dikenal memiliki indeks glikemik tinggi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat menyebabkan peningkatan gula darah yang cepat, tetapi juga penurunan gula darah yang cepat. Ini dapat mengakibatkan rasa lapar yang cepat muncul setelah makan makanan berindeks glikemik tinggi. Di bawah kondisi normal, peningkatan gula darah setelah makan terjadi secara perlahan dan kemudian turun secara perlahan, yang membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Konsumsi rutin makanan dan minuman dengan indeks glikemik tinggi dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Peningkatan gula darah yang cepat dapat memicu pelepasan insulin yang berlebihan, dan jika terus menerus, ini dapat mengakibatkan penurunan sensitivitas insulin. Penurunan sensitivitas insulin terjadi ketika insulin memiliki kesulitan dalam membantu sel tubuh untuk mengambil gula darah, sehingga meskipun kadar insulin tinggi, gula darah tetap tinggi.

Selain penurunan sensitivitas insulin, diperkirakan juga ada gangguan dalam produksi insulin. Konsumsi berkelanjutan makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat menyebabkan kelelahan pada sel beta pankreas yang bertanggung jawab memproduksi insulin. Studi menunjukkan bahwa paparan terus-menerus terhadap kadar gula yang tinggi dapat mengurangi kemampuan sel beta pankreas untuk meregenerasi dan memperbanyak diri. Ini sering disebut sebagai “kelelahan sel beta.” Kombinasi antara kelelahan sel beta dan penurunan sensitivitas insulin dapat mengakibatkan intoleransi glukosa yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi diabetes mellitus.