Vitamin B6 dan Sistem Imun

Oleh : Harry Freitag Luglio Muhammad, S.Gz, M.Sc, RD

Vitamin B6 merupakan jenis vitamin yang penting bagi tubuh, termasuk sistem kekebalan. Meskipun demikian, manfaat vitamin ini untuk meningkatkan imunitas jarang dibahas di berbagai media. Pada artikel ini kita akan membahas manfaat vitamin B dalam peningkatan kekebalan tubuh.

Vitamin B6 terbagi menjadi beberapa bentuk yaitu piridoxin, piridoxal dan piridoxamin dimana ketiganya memiliki struktur kimia dan sifat biologis yang serupa. Vitamin B6 banyak terdapat pada produk hewani seperti ikan, hati dan ayam. Vitamin B6 yang sudah tercerna akan diserap di dalam usus lalu dialirkan oleh pembuluh darah ke jaringan hati. Di jaringan inilah vitamin B6 membentuk piridoxal fosfat (pyridoxal phosphate /PLP). PLP merupakan bentuk koenzim atau bentuk aktif dari vitamin ini. Vitamin B6 merupakan kofaktor yang terlibat dalam lebih dari 140 jenis reaksi biokimia dalam tubuh. Beberapa dari reaksi tersebut berkaitan dengan pembentukan dan penghancuran asam amino serta metabolisme glukosa dan asam lemak dalam tubuh. 

Vitamin B6 memiliki peran yang penting dalam pembentukan asam nukleat dan sintesis protein. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada hewan coba, saat tubuh kekurangan vitamin B6 maka akan terjadi gangguan pada sistem imun seperti

  • Perubahan struktur dan kandungan sel dalam jaringan limfoid
  • Respon imunitas humoral menjadi terganggu
  • Terhambatnya respon imun seluler. 

Mempelajari dampak dari defisiensi pada hewan coba memang lebih mudah dibandingkan dengan meneliti efek dari defisiensi pada manusia. Hal ini disebabkan karena pada hewan coba peneliti dapat dengan mudah menginduksi defisiensi dengan satu jenis vitamin dengan cara meniadakan sumber vitamin tersebut pada pakannya. Sedangkan pada manusia, kondisi ini lebih kompleks karena manusia makan dari bahan makanan yang berasal dari alam yang biasanya bersumber gabungan antara beberapa vitamin dan mineral. Mempelajari defisiensi juga cukup menantang karena biasanya defisiensi suatu vitamin juga dibarengi dengan defisiensi vitamin lain. 

Penelitian mengenai defisiensi vitamin B6 pada manusia sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 1960an namun dengan jumlah yang sangat terbatas. Pada pasien yang mengalami defisiensi vitamin B diketahui terjadi penurunan respon seluler. Berdasarkan studi eksperimental yang dilakukan pada individu lanjut usia diketahui bahwa suplementasi piridoksin mampu meningkatkan proliferasi sel limfosit terhadap respon dari Staphylococcus aureus. Penelitian yang dilakukan pada pasien dengan gangguan kesehatan seperti uremia juga diketahui bahwa pemberian vitamin B6 selama 2 minggu ini mampu meningtkan reaktivitas darin sel limfosit. 

Beberapa penyakit, terutama penyakit kronis, biasanya ditemukan juga mengalami gangguan atau komplikasi yang berkaitan dengan sistem imun. Vitamin B6 diketahui mampu memperbaiki profil imun pada pasien tersebut. Sebagai contoh pada pasien yang menjalani hemodialisis pemberian piridoksin selama 3-5 minggu pada peningkatkan respon mitogenik dari limfosit secara in vitro. Pada pasien dengan rheumatoid arthritis diketahui terjadi penurunan kadar PLP plasma. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa rendahnya PLP ini berhubungan dengan peningkatan peradangan yang diinduksi oleh produksi tumor necrosis factor (TNF). 

Mekanisme hubungan antara defisiensi vitamin B6 dan sistem imun masih belum jelas diketahui. Meskipun demikian peneliti beranggapan bahwa defisiensi yang terjadi pada vitamin B6 ini berhubungan dengan gangguan pembentukan asam nukleat serta pembentukan protein. Mengingat stimulus antigen berhubungan dengan peningkatan proliferasi sel-sel pada sistem imun, maka proses ini sangat membutuhkan replikasi DNA yang adekuat. Dengan adanya defisiensi dan penurunan dari pembentukan asam nukleat maka tidak mengherankan bahwa defisiensi vitamin B6 dapat menimbulkan gangguan pada respon sistem imun. Selain teori mengenai replikasi DNA, terdapat teori lain yang menjelaskan mengapai seseorang dengan defisiensi vitamin B6 memiliki respon imun yang rendah. Penelitian yang dilakukan pada hewan coba menunjukan bahwa pada hewan yang kekurangan vitamin B6 terjadi perubahan pada sel-sel epitel timus yang kurang dapat mendukung pematangan dari prekursor sel T. Berdasarkan teori ini, vitamin B6 membantu proses pematangan limfosit T yang immatur menjadi matur. Hal ini didukung hasil penemuan yang menyebutkan bahwa pada hewan coba yang mengalami defisien vitamin B6 terjadi penurunan aktivitas dari timulin. Timulin merupakan sebuah hormon yang dapat menginduksi diferensiasi dan maturasi dari sel T. 

Untuk mendapatkan materi legkap, silahkan membaca buku Imunologi Gizi dari UGM Press. https://ugmpress.ugm.ac.id/id/product/kesehatan/imunologi-gizi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *