Genetik: Alat Prediksi Kesehatan yang Menarik

Bidang genetik ini bisa digunakan sebagai salah satu prediktor kesehatan kita. Prediktor yang dimaksud adalah resiko sebagai individu untuk mengalami sebuah penyakit atau defisiensi/kekurangan zat gizi. Contohnya, bagaimana kita bisa mengukur peluang seseorang menderita anemia defisiensi besi atau kekurangan zat besi dalam makanan mereka.

Penerapan prediktor ini bisa kita lihat dalam konteks pelayanan gizi. Pada awal program penanganan anemia, rekomendasi pemberian pil besi atau suplemen besi dilakukan pada orang yang sudah mengalami anemia. Misalnya, di tahun 1920an, pemberian suplemen besi diberikan kepada bayi dan balita yang sudah menunjukkan tanda-tanda anemia atau kekurangan darah. Penelitian oleh Helen Mackay dalam studi yang berjudul “Anemia in Infancy: Its Prevalence and Prevention” menunjukkan bahwa pemberian suplemen besi bisa mengatasi anemia pada bayi. Ini artinya, pemberian suplemen besi bisa dilakukan ketika seseorang sudah mengalami anemia karena suplemen besi terbukti efektif mengatasi masalah tersebut.

Namun, pendekatan ini bukanlah yang terbaik dalam bidang kesehatan masyarakat. Pertanyaannya adalah, apakah kita harus menunggu seseorang mengalami anemia baru memberikan suplemen besi?

Untuk itu, penelitian dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa ada kelompok-kelompok orang yang memiliki risiko tinggi mengalami defisiensi zat besi, seperti remaja putri atau ibu hamil. Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa pemberian suplemen besi tidak harus menunggu seseorang mengalami anemia. Suplemen besi bisa diberikan kepada orang-orang yang memiliki risiko tinggi mengalami anemia. Inilah yang mendorong pemerintah saat ini untuk meluncurkan program pencegahan anemia dengan memberikan tablet besi kepada remaja SMP, SMA, dan ibu hamil, bahkan jika mereka tidak mengalami anemia. Mereka memiliki risiko tinggi mengalami anemia, jadi pencegahan lebih baik daripada mengobati.

Pemahaman mengenai risiko ini adalah kunci dalam program-program kesehatan masyarakat yang memfokuskan peran gizi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan mengidentifikasi kelompok yang berisiko tinggi, program bisa ditargetkan kepada mereka sehingga intervensi yang diberikan lebih efektif dan sesuai dengan sasaran. Prinsip dari program ini adalah pemahaman mengenai prediktor dan upaya pencegahan yang tepat.

Penyesuaian kebutuhan gizi berdasarkan karakteristik dasar dan prediktor sebenarnya sudah lama dilakukan. Misalnya, dalam penyusunan Angka Kecukupan Gizi, kebutuhan seseorang bisa berbeda berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tahap kehidupan. Walaupun ada perbedaan ini, penetapan Angka Kecukupan Gizi (AKG) seringkali umum dan mengabaikan variasi individual. Namun, meskipun orang memiliki jenis kelamin dan usia yang sama, respons mereka terhadap asupan gizi bisa berbeda. Salah satu faktor yang memengaruhi respons ini adalah variasi genetik. Konsep prediksi inilah yang menjadi dasar dalam personalized nutrition berbasis data genetik.