Hipertensi: Silent Killer yang Perlu Diwaspadai

Hipertensi, atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi, merupakan masalah kesehatan yang sangat penting untuk diwaspadai. Ini disebabkan oleh hubungannya dengan penyakit tidak menular serius, seperti penyakit jantung, stroke, dan gangguan ginjal. Di seluruh dunia, diperkirakan jumlah orang dengan hipertensi akan terus meningkat dan mencapai 560 juta orang pada tahun 2025. Di Indonesia, terdapat peningkatan signifikan dalam jumlah orang dengan hipertensi, dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi 34,1% pada tahun 2018. Namun, apa yang membuat hipertensi begitu menakutkan adalah gejala yang sering kali tidak spesifik, sehingga sering disebut sebagai “silent killer.”

Ada beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi, termasuk faktor yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Faktor yang dapat diubah termasuk pola makan tinggi garam, diet rendah serat dari sayuran dan buah, kelebihan berat badan, konsumsi alkohol berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, serta masalah psikologis dan sosioekonomi.

Sementara itu, ada juga faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti usia, jenis kelamin, etnisitas, dan faktor genetik. Namun, ada hal yang perlu dicatat, yaitu bahwa bahkan jika Anda memiliki faktor risiko yang tidak dapat diubah, Anda masih dapat mengendalikan faktor risiko yang dapat diubah melalui perubahan gaya hidup yang sehat.

Peran Garam (Natrium) dalam Hipertensi

Natrium adalah mineral penting yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai proses biologis, termasuk menjaga keseimbangan cairan. Namun, konsumsi natrium berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain melalui garam meja yang seringkali kita tambahkan pada makanan, natrium juga ditemukan dalam jumlah tinggi dalam makanan tertentu seperti makanan asin seperti ikan asin dan telur asin, mi instan, makanan ringan kemasan, dan saus botolan.

Konsumsi natrium berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kadar natrium dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah karena natrium meningkatkan osmolalitas cairan tubuh, menyebabkan tubuh menarik cairan ke dalam pembuluh darah, yang kemudian mengakibatkan peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah. Pada beberapa individu, pelebaran pembuluh darah bisa mengatasi peningkatan tekanan darah ini. Namun, jika tubuh tidak dapat mengatasi ini, maka tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat berkembang.

Penting untuk dicatat bahwa respon tubuh terhadap natrium bisa bervariasi. Ada orang yang lebih rentan terhadap peningkatan tekanan darah akibat natrium, sedangkan yang lain lebih toleran. Usia dan faktor genetik juga memainkan peran dalam sejauh mana seseorang rentan terhadap efek peningkatan natrium pada tekanan darah mereka. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana tubuh Anda merespons natrium dan berbicara dengan profesional kesehatan jika Anda memiliki kekhawatiran tentang tekanan darah tinggi.