Memperbaiki DNA dengan metode BER

Dalam dunia biologi, perbaikan DNA merupakan proses penting yang dilakukan oleh sel untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada DNA. Banyak yang tahu tentang metode seperti NER (Nucleotide Excision Repair) dan fotoreaktivasi, namun ternyata masih ada metode lain yang tak kalah pentingnya, yaitu base excision repair (BER).

Metode BER ini merupakan mekanisme utama yang menangani kerusakan DNA yang timbul secara spontan akibat radikal bebas dan spesies reaktif lainnya yang dihasilkan oleh metabolisme dalam tubuh. DNA dapat mengalami oksidasi, alkilasi, atau hidrolisis akibat interaksi dengan zat-zat tersebut. Sebagai contoh, kelompok kimia metil (CH3) sering kali ditambahkan ke guanin untuk membentuk 7-metilguanin; atau dalam kasus lain, kelompok purin dapat hilang. Semua perubahan tersebut menghasilkan basa-basa abnormal yang harus dihapus dan diganti.

Untuk mengatasi hal tersebut, ada enzim-enzim yang disebut DNA glikosilase yang bertugas untuk menghilangkan basa-basa yang rusak dengan cara memotongnya dari untai DNA melalui pemutusan ikatan kovalen antara basa dan rangkaian gula-fosfat. Lubang yang dihasilkan kemudian diisi oleh polymerase perbaikan khusus dan disegel oleh ligase. Banyak enzim semacam itu ditemukan di dalam sel, dan masing-masing spesifik untuk jenis perubahan basa tertentu.

Pentingnya metode perbaikan DNA ini tidak dapat diabaikan karena proses ini memastikan bahwa informasi genetik yang disimpan dalam DNA tetap utuh dan terjaga. Dengan begitu, sel memiliki cara untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut yang dapat membahayakan fungsi normal dari sel itu sendiri.

Dengan adanya metode BER dan mekanisme perbaikan DNA lainnya, sel memiliki cara cerdas untuk memastikan bahwa integritas genetik tetap terjaga, meskipun terpapar dengan berbagai bentuk kerusakan yang mungkin timbul akibat aktivitas normal dari metabolisme.