Mengenal Susu dan Intoleransi Laktosa

Susu dan produk susu merupakan sumber gizi penting bagi tubuh karena mengandung protein, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan. Susu sapi, yang sering dikonsumsi, memiliki komposisi utama seperti air (87%), protein (3%), lemak (3-4%), laktosa (4-5%), vitamin (1%), dan mineral (0,1%). Dalam 1 liter susu, terdapat sekitar 32 gram protein yang terdiri dari dua jenis, yaitu whey (20%) dan kasein (80%).

Laktosa, yang merupakan jenis gula yang terdapat dalam susu, juga ada dalam berbagai produk olahan susu seperti es krim, keju, yoghurt, dan mentega. Banyak makanan yang menggunakan susu sebagai bahan dasar, sehingga konsumsi laktosa meningkat di masyarakat Indonesia. Namun, apakah tubuh kita mampu mengolah laktosa dari berbagai sumber makanan?

Studi menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat intoleransi laktosa yang relatif tinggi. Ini terutama terlihat pada negara-negara tropis yang sebelumnya jarang mengonsumsi susu tetapi mengalami peningkatan konsumsi susu. Situasi ini berbeda dengan negara maju seperti Australia, Selandia Baru, Kanada, dan sebagian besar negara Eropa Barat, di mana konsumsi susu dan produk susu umum.

Proses penting dalam pengolahan laktosa adalah pemecahan laktosa menjadi dua gula sederhana, yaitu galaktosa dan glukosa, sehingga dapat diserap oleh tubuh. Enzim laktase, yang ada di usus, berperan penting dalam proses ini. Namun, masalah timbul saat tubuh kekurangan enzim laktase, yang mengakibatkan intoleransi laktosa.

Intoleransi laktosa menyebabkan tubuh tidak dapat memecah laktosa, sehingga gula ini berakhir di usus besar. Ini dapat mengganggu keseimbangan bakteri usus dan menyebabkan gejala seperti kembung, gas, diare, dan kram perut.