Mengubah Beta-Karoten Menjadi Vitamin A

Vitamin A sangat penting untuk kesehatan kita, tetapi tidak semua orang bisa mendapatkannya dengan mudah. Alasannya bervariasi, seperti intoleransi terhadap makanan tertentu, gaya hidup vegan, masalah kolesterol, atau kendala ekonomi. Oleh karena itu, banyak orang harus mengandalkan kemampuan tubuh mereka untuk mengubah beta-karoten menjadi vitamin A, yang sangat penting bagi kesehatan tubuh.

Proses ini dimulai dengan enzim bernama beta carotene oxydase (BCO) yang mengubah molekul beta-karoten menjadi dua molekul retinal. Kemudian, retinal ini diubah menjadi retinol oleh enzim dehydrogenase di sel-sel usus. Hasilnya diangkut oleh kilomikron ke seluruh tubuh. Namun, penting untuk diingat bahwa proses ini tidak berjalan dengan efisiensi 100%, dan tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama untuk melakukannya.

Penelitian terbaru menunjukkan adanya dua jenis enzim BCO, yaitu BCO1 dan BCO2. BCO1 memecah beta-karoten menjadi retinal, sedangkan BCO2 mengubahnya menjadi Beta-ionone dan Beta apocarotenal. Peran dua senyawa ini masih dalam penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, peran utama dalam mengatur metabolisme vitamin A dari beta-karoten adalah BCO1.

BCO1 bekerja tidak hanya di usus tetapi juga di hati. Ini penting karena tidak semua beta-karoten yang masuk ke usus dapat dipecah di sana. Beberapa mungkin tersebar dan tertahan di jaringan hati. Di sana, BCO1 mengubahnya menjadi retinal, yang kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh melalui pengangkut seperti retinol binding protein (RBP).

Beta-karoten tidak hanya berfungsi sebagai prekursor vitamin A. Ini juga bertindak sebagai antioksidan. Beta-karoten yang tidak diubah menjadi retinal di hati didistribusikan melalui very low-density lipoprotein (VLDL) dan dapat dipecah menjadi retinal di jaringan yang membutuhkannya.

Semua proses ini menunjukkan betapa pentingnya peran BCO1 dalam mengubah beta-karoten menjadi vitamin A di berbagai jaringan, mulai dari usus hingga hati dan seluruh tubuh. Gangguan pada enzim ini dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk mengubah beta-karoten menjadi vitamin A. Oleh karena itu, bagi orang yang bergantung pada beta-karoten sebagai sumber vitamin A, risiko defisiensi vitamin A dapat lebih tinggi.