Gen ADRB3 memiliki peran vital dalam pengaturan respons tubuh terhadap “perintah” untuk melakukan lipolisis dan termogenesis. Lipolisis adalah proses pemecahan lemak, dan termogenesis adalah pembentukan panas yang dapat memengaruhi berat badan seseorang. Gen ADRB3 memiliki variasi genetik yang telah diteliti terkait pengaruhnya pada berat badan.
Variasi genetik ini terkait dengan alel C dan alel T di wilayah exon dengan kode rs4994, yang menghasilkan asam amino arginin atau triptofan pada lokasi asam amino 64, disebut Trp64Arg. Sebuah penelitian oleh Clement, dkk (2015) berusaha untuk memahami dampak dari variasi gen ADRB3 ini terhadap berat badan.
Dalam penelitian tersebut, orang dengan status gizi obesitas diselidiki untuk variasi genetiknya. Mereka juga diminta mengingat perubahan berat badan mereka selama 20 tahun terakhir. Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang membawa alel C (yang menghasilkan asam amino arginin) mengalami penambahan berat badan yang signifikan dibandingkan dengan individu yang membawa alel T. Ini menunjukkan bahwa individu dengan alel C memiliki risiko lebih tinggi untuk kegemukan.
Penelitian ini didukung oleh data dari studi meta-analisis yang melibatkan 44.833 orang. Tim peneliti, Kurokawa, dkk., menemukan bahwa individu dengan varian 64Arg atau alel C juga memiliki risiko lebih tinggi untuk kegemukan.
Selanjutnya, penelitian oleh Shiwaku, dkk., menguji apakah variasi gen ADRB3 ini memengaruhi respons terhadap program penurunan berat badan. Mereka membagi subjek ke dalam dua grup: yang membawa alel C dengan genotipe TC dan yang tidak membawa alel C dengan genotipe TT. Program penurunan berat badan ini melibatkan pengurangan asupan kalori dan aktivitas fisik selama 3 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek yang membawa alel C tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan, sementara subjek yang tidak membawa alel C mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Hal ini mengkonfirmasi bahwa individu dengan alel C memiliki risiko lebih tinggi untuk kegemukan dan kesulitan menurunkan berat badan dengan mengandalkan konsep defisit energi. Dengan pemahaman ini, kita dapat mengakui pentingnya peran gen ADRB3 dalam pengendalian berat badan dan dampaknya pada respons tubuh terhadap upaya penurunan berat badan.
Dari beberapa penelitian, terungkap bahwa individu yang memiliki alel C pada gen ADRB3 Trp64Arg memiliki risiko lebih tinggi untuk kegemukan dan kesulitan menurunkan berat badan saat menjalani diet rendah kalori. Hal ini karena variasi gen ini memengaruhi metabolisme tubuh.
Penelitian oleh Sipilainen dkk. juga mengungkapkan bahwa orang yang membawa alel C memiliki basal metabolic rate (BMR) yang lebih rendah. BMR adalah seberapa banyak energi yang dibutuhkan tubuh saat beristirahat. Selain itu, tubuh individu dengan alel C juga lebih sulit menggunakan lemak sebagai sumber energi, yang ditunjukkan oleh tingkat beta oksidasi yang lebih rendah dibandingkan dengan individu tanpa alel C.
Dampak dari perbedaan ini adalah adanya perbedaan dalam kebutuhan energi. Orang dengan alel C cenderung memiliki kebutuhan energi yang lebih rendah daripada rata-rata. Oleh karena itu, disarankan untuk individu dengan alel C untuk memperhatikan asupan kalori mereka lebih ketat. Mereka juga dapat mengonsumsi bahan bioaktif yang dapat meningkatkan metabolisme energi.
Di sisi lain, individu tanpa alel C dapat mengikuti rekomendasi kebutuhan energi yang sudah ada, karena mereka memiliki respons metabolisme yang lebih normal terhadap perubahan asupan energi. Saat menjalani program penurunan berat badan, mereka dapat mengikuti diet rendah kalori konvensional.
Untuk meningkatkan metabolisme energi, beberapa bahan aktif yang dapat digunakan termasuk kafein, capsaicin, dan catechin. Mereka dapat membantu individu dengan alel C dalam upaya menurunkan berat badan. Dengan pemahaman ini, seseorang dapat mengambil langkah-langkah khusus sesuai dengan genetik mereka untuk mencapai berat badan yang sehat.