Protein dikenal sebagai zat pembangun dalam masyarakat. Ketika kita makan makanan mengandung protein, tubuh memecah protein ini menjadi unit dasarnya yang disebut asam amino. Asupan protein sangat penting untuk memastikan kita memiliki cukup asam amino di tubuh. Asam amino digunakan untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, seperti otot. Selain itu, mereka juga terlibat dalam proses pemecahan dan peremajaan jaringan dan protein yang sudah ada. Ini penting karena setiap sel dan protein dalam tubuh memiliki waktu paruh, di mana mereka harus diganti dengan yang baru.
Meskipun asam amino sangat penting untuk tubuh, tidak banyak yang menyadari bahwa mereka juga berperan sebagai sumber energi. Ketika tubuh membutuhkan energi tambahan, asam amino dapat digunakan untuk menghasilkan ATP, yang merupakan zat pembawa energi siap pakai dalam tubuh. Namun, jika tubuh memiliki lebih banyak asam amino dari yang diperlukan untuk membangun jaringan, mereka bisa diubah menjadi asam lemak dan disimpan dalam jaringan lemak.
Inilah mengapa banyak yang bertanya, apakah mengonsumsi makanan tinggi protein bisa membantu menjaga berat badan tetap ideal?
Beberapa penelitian di seluruh dunia telah mencoba menjawab pertanyaan ini, dan hasilnya bisa membingungkan. Sebagai contoh, penelitian oleh Smith dkk. pada tahun 2015 menunjukkan bahwa menjalani diet rendah kalori dengan asupan protein yang tinggi berhubungan dengan penurunan berat badan yang lebih baik. Namun, penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Campos-Nonato dkk. pada tahun 2017 menemukan bahwa diet tinggi protein justru dapat menghambat penurunan berat badan saat menjalani diet rendah kalori. Hasil yang berbeda-beda ini menunjukkan bahwa tidak cukup hanya menambah asupan protein dalam diet untuk menjamin hasil yang optimal dalam program penurunan berat badan.
Sebagai akibatnya, para peneliti telah mulai menyelidiki peran faktor-faktor lain yang mempengaruhi cara tubuh merespons asupan protein, dan salah satu faktor kunci adalah genetika.