Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyebab kematian utama di seluruh dunia. Sekitar 1/3 dari kematian global disebabkan oleh berbagai masalah kardiovaskular seperti aterosklerosis, serangan jantung, stroke, gagal jantung, gangguan irama jantung, dan masalah katup jantung. Ada beberapa faktor yang terkait erat dengan risiko penyakit jantung, termasuk merokok, aktivitas fisik, obesitas, faktor genetik, dan pola makan. Pola makan yang buruk diperkirakan menjadi penyebab sekitar 72% kasus penyakit jantung dan pembuluh darah.
Untuk mengurangi risiko penyakit jantung, ada sejumlah rekomendasi gizi yang dapat diikuti, termasuk meningkatkan konsumsi buah, sayuran, dan makanan whole grain, serta mengurangi konsumsi lemak jenuh, kolesterol, dan natrium. Sebuah fokus penting adalah mengurangi asupan lemak jenuh dan meningkatkan konsumsi lemak tak jenuh ganda, yang dikenal sebagai polyunsaturated fatty acid (PUFA).
American Heart Association merekomendasikan agar seseorang tidak mengonsumsi lebih dari 6% total energi harian dalam bentuk lemak jenuh. Misalnya, jika asupan kalori harian Anda adalah 2000 kalori, maka batasan harian lemak jenuh Anda adalah sekitar 13 gram. Ini setara dengan jumlah lemak yang terkandung dalam 8 butir telur atau 2 sendok makan minyak kelapa sawit, yang sering digunakan untuk menggoreng makanan di Indonesia.
Penelitian menunjukkan bahwa asupan lemak jenuh berhubungan dengan peningkatan kadar kolesterol LDL dalam darah, yang berperan dalam risiko penyakit jantung. Selain itu, lemak jenuh dapat memicu peradangan dalam tubuh, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, mengurangi konsumsi lemak jenuh adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Lemak dalam makanan diangkut ke seluruh tubuh melalui pembawa yang disebut lipoprotein. Lipoprotein ini merupakan kunci penting karena lemak tidak dapat larut dalam air dan perlu diangkut oleh pembawa ini melalui aliran darah. Tubuh kita menghasilkan beberapa jenis lipoprotein, masing-masing dengan karakteristik dan peran yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa jenis lipoprotein yang dihasilkan oleh tubuh:
- VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
- Mengandung apolipoprotein seperti Apo-B100 dan Apo-C.
- Diameter molekul: 30-80 nm.
- Dibentuk oleh usus dan hati.
- Fungsi: Mengangkut lemak endogen dari hati.
- LDL (Low Density Lipoprotein)
- Mengandung apolipoprotein jenis Apo-B100.
- Diameter molekul: 20-32 nm.
- Dibentuk oleh kapiler di jaringan perifer dan hati.
- Fungsi: Mengangkut kolesterol ke jaringan perifer.
- HDL (High Density Lipoprotein)
- Mengandung apolipoprotein seperti A1, A2, dan C.
- Diameter molekul: 9-15 nm.
- Dibentuk oleh hati.
- Fungsi: Memindahkan kolesterol dari jaringan perifer ke hati.
Apolipoprotein adalah molekul yang terdapat di permukaan lipoprotein dan mengendalikan sifat lipoprotein tersebut. Mereka berperan dalam mengikat lemak, termasuk kolesterol dan trigliserida, sehingga memungkinkan lipoprotein untuk bergerak melalui aliran darah. Apolipoprotein juga berfungsi sebagai penanda yang memungkinkan lipoprotein berinteraksi dengan dinding pembuluh darah. Ini penting karena membantu lipoprotein melepaskan lemak yang dibawanya ke sel-sel yang membutuhkan. Proses ini dimediasi oleh lipoprotein lipase, enzim di dalam sel yang memecah lemak dalam lipoprotein.
Ada beberapa jenis apolipoprotein dalam tubuh manusia, dan mereka memengaruhi jenis lipoprotein yang dihasilkan. Misalnya, ApoA banyak terdapat dalam HDL, sedangkan ApoB banyak terdapat dalam LDL dan VLDL. Kemampuan apolipoprotein dalam mengendalikan isi lipoprotein memengaruhi karakteristik lipoprotein tersebut. Alasan mengapa HDL sering disebut sebagai “lemak baik” dan LDL sebagai “lemak buruk” adalah karena kaitannya dengan risiko penyakit kardiovaskular. HDL dikaitkan dengan penurunan risiko, sementara LDL dikaitkan dengan peningkatan risiko.
Perbedaan dalam komposisi lipoprotein ini mungkin menjelaskan mengapa keduanya memiliki efek kesehatan yang berbeda. HDL memiliki lebih banyak protein dan fosfolipida daripada kolesterol dan trigliserida, sementara LDL mengandung lebih banyak kolesterol dan trigliserida dibandingkan protein dan fosfolipida. Hal ini membuat HDL dianggap lebih baik untuk kesehatan jantung. Sebaliknya, VLDL dan chylomicron lebih kaya akan trigliserida.