Kurang Gizi dan Gangguan Sistem Imun di Saluran Cerna

Oleh : Harry Freitag Luglio Muhammad, S.Gz, M.Sc, RD

Tubuh manusia secara terus menerus melawan invasi dari bakteria dan virus yang ada di sekitar kita. Patogen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui jaringan kulit yang terluka maupun mukosa yang ada di saluran pencernaan ataupun pernafasan. Agar dapat bertahan hidup kita memiliki kemampuan untuk melawan infeksi tersebut, yaitu dengan membentuk sel-sel imun. Sel-sel ini berbeda dengan sel lain dalam tubuh karena memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa aktivitas seperti fagositosis, pembentukan sitokin dan pergerakan ke jaringan yang mengalami inflamasi. Imunologi mempelajari bagaimana sistem imun bekerja dalam tubuh baik itu berkaitan dengannya sebagai pertahanan terhadap infeksi maupun pada kondisi lainnya.  

Peran Sistem Imun Saluran Cerna

Memperhatikan kesehatan saluran cerna penting untuk dapat menjaga sistem imun tetap baik. Hal ini dikarenakan saluran pencernaan adalah gerbang yang menghubungkan paparan dunia luar (diit) dan bagian dalam tubuh manusia. Salah satu komponen penting dalam jalur pertahanan tubuh di saluran pencernaan adalah gut-associated lymphoid tissue atau GALT. Beberapa teori mengenai mekanisme hubungan antara gizi kurang dan GALT telah dilontarkan. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa hubungan hubungan antara status gizi yang kurang dan melemahnya GALT diperantarai oleh terganggunya kondisi mikrobiota usus. Mikrobiota merupakan komponen asing yang tinggal di saluran pencernaaan manusia dan memiliki peran pada pencernaan dan metabolisme. Mikrobiota membantu manusia untuk memetabolisme zat gizi yang tidak semuanya berhasil dilakukan oleh enzim-enzim dalam saluran pencernaaan manusia. Meskipun mikrobiota ini bukanlah bagian dari tubuh manusia dan dapat berasal dari makanan, mikrobiota berpengaruh terhadap perkembangan sistem imun di saluran pencernaan. Pada anak yang mengalami malnutrisi yang berat dan akut diketahui terjadi gangguan terhadap variasi dan komposisi dari mikrobiota yang ada di saluran pencernaan. 

Malnutrisi juga dapat memengaruhi kesehatan GALT karena dapat memodifikasi gangguan pada struktur epitel saluran pencernaan. Epitel yang terdapat di saluran pencernaan diciptakan memiliki struktur yang menyerupai vili (serabut) dan memiliki kepadatan penghalang yang kokoh. Dengan kokohnya pertahanan epitel ini, maka akan bakteri patogen akan sulit untuk masuk dan menembus ke sel-sel enterosit. Pada individu yang mengalami malnutrisi terjadi gangguan berupa rusaknya struktur pada sel-sel epitel ini yang biasa disebut sebagai environmental enteric dysfunction (EED). EED dapat mengganggu sistem imun di saluran cerna karena :

  1. Mengganggu jalur sensor zat gizi, hal ini memicu gangguan sistem penyerapan zat gizi baik itu makro maupun mikro (vitamin dan mineral).
  2. Dengan adanya kerusakan ini, akan memicu munculnya host derived immune-activating damage-associated molecular patterns (DAMPs)
  3. Memudahkan mikrobia patogen untuk masuk kedalam sel jaringan enterosit (microbial translocation), hal ini berdampak pada mudahnya anak untuk mengalami penyakit saluran cerna.
  4. Menyebabkan peradangan atau inflamasi

Hubungan antara kekurang gizi dengan peningkatan biomarker inflamasi telah beberapa kali diuji pada manusia dan hewan coba. Studi yang dilakukan pada bayi di Zimbabwe menunjukan bahwa kondisi stunting (yang menandakan kekurang gizi jangka panjang) berhubungan dengan peningkatan kadar biomarker inflamasi yang ada di plasma seperti C-reactive protein (CRP) (Prendergast et al, 2014). Pada hewan coba yang mengalami stunting dan wasting diketahui juga terjadi gangguan intergritas sel-sel di saluran cerna serta perubahan mikrobiota usus. Saluran cerna dari hewan coba yang mengalami EED tersebut memiliki respon inflamasi yang tinggi terhadap invasi bakteria. Inflamasi berlebihan dan jangka panjang bukanlah hal yang menguntungkan dalam perkembangan seorang anak. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa inflamasi meningkatkan penggunaan energi, sehingga kecenderungan anak untuk semakin kurus meningkat.

Referensi :

Prendergast AJ. et al. 2014. Stunting is characterized by chronic inflammation in Zimbabwean infants. PLoS ONE 9, e86928.

Untuk mendapatkan materi legkap, silahkan membaca buku Imunologi Gizi dari UGM Press. https://ugmpress.ugm.ac.id/id/product/kesehatan/imunologi-gizi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *