Beta Karoten atau Vitamin A, Bagaimana Mencukupi Kebutuhan Vitamin A Harian Berdasarkan Potensi Genetik ?

Ditulis oleh : Harry Freitag Luglio Muhamma, PhD, RD (Peneliti, Dietisien, Enterpreneur)

Wortel sering dipandang sebagai sumber vitamin A yang andal, mungkin telah menjadi salah satu fakta umum yang terbenam dalam pikiran kita ketika membicarakan manfaat kesehatan sayuran ini. Namun, saat kita melongok lebih dalam, ternyata kebenaran di balik klaim tersebut tidak semudah yang kita bayangkan.Sebagai gantinya, apa yang sebenarnya menjadi sumber nutrisi penting dalam wortel adalah pro-vitamin A, yaitu beta karoten.

Ketika dikonsumsi, tubuh manusia perlu mengubah beta karoten ini menjadi bentuk aktif vitamin A atau retinoid agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh tubuh.

Inilah masalahnya: kemampuan tubuh kita untuk mengubah beta karoten menjadi vitamin A tidaklah seragam di antara individu. 

Ditemukan bahwa gen tertentu, dikenal sebagai BCO1, memainkan peran penting dalam proses ini. Orang yang memiliki varian gen yang berbeda dari BCO1 dapat memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengubah beta karoten menjadi vitamin A.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah terkemuka mengungkapkan bahwa variasi genetik dalam BCO1 mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mencerna beta karoten. Dalam beberapa kasus, individu dengan varian gen yang lebih efisien dapat dengan mudah mengonversi beta karoten menjadi vitamin A, sementara individu dengan varian gen yang kurang efisien mungkin mengalami kesulitan dalam proses ini.

Dengan pemahaman tentang peran genetik dalam penyerapan dan penggunaan beta karoten, kita menjadi lebih sadar akan keragaman individu dalam mengoptimalkan asupan vitamin A.

Namun, ini tidak berarti kita harus mengabaikan manfaat wortel. 

Wortel tetap merupakan sumber nutrisi yang kaya akan serat, antioksidan, dan berbagai vitamin dan mineral lainnya yang penting untuk kesehatan kita secara keseluruhan. Bahkan, konsumsi wortel sebagai bagian dari pola makan seimbang tetaplah dianjurkan.

Bagi mereka yang mungkin memiliki variasi genetik yang memengaruhi kemampuan mereka untuk mengonversi beta karoten menjadi vitamin A, langkah-langkah lain mungkin diperlukan untuk memastikan asupan vitamin A yang memadai. Ini bisa termasuk diversifikasi asupan makanan untuk mencakup sumber vitamin A lainnya, seperti hati, telur, atau daging hewani.

Genetika dan Kemampuan Memproses Beta Caroten

Genetika memiliki peran yang signifikan dalam memengaruhi berbagai aspek fisiologi manusia, termasuk kemampuan tubuh untuk memetabolisme nutrisi tertentu. Penelitian telah menunjukkan bahwa variasi genetik dapat memengaruhi kapasitas tubuh dalam mencerna beta karoten, prekursor vitamin A. Salah satu gen yang terlibat dalam proses ini adalah BCO1. Penelitian oleh Lietz Georg dan rekan-rekannya dari Newcastle University pada tahun 2009 menemukan hubungan antara variasi gen BCO1 dengan kapasitas tubuh dalam mengonversi beta karoten menjadi vitamin A. Mereka menemukan bahwa individu dengan alel G dari gen tersebut cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam mengolah beta karoten menjadi vitamin A.

Dibuktikan ulang di Afrika

Pada tahun 2020, penelitian oleh Sophie Graßmann dan tim dari German Institute of Human Nutrition menambah pemahaman kita tentang peran genetik dalam metabolisme beta karoten. Studi mereka menunjukkan bahwa remaja di Ghana yang memiliki alel G dari gen BCO1, baik GG atau GT, memiliki kadar beta karoten yang lebih tinggi dalam darah mereka. Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun individu dengan alel G mungkin memiliki kemampuan yang rendah dalam mengonversi beta karoten menjadi vitamin A, mereka cenderung memiliki kadar beta karoten yang lebih tinggi dalam darah mereka.

Studi ini memiliki implikasi yang penting dalam konteks kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara di mana defisiensi vitamin A masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Ghana, sebagai contoh, adalah salah satu negara di mana defisiensi vitamin A masih menjadi perhatian utama. Penemuan bahwa individu dengan alel G dari gen BCO1 memiliki kadar beta karoten yang lebih tinggi dapat menjadi dasar untuk strategi pencegahan dan intervensi yang lebih efektif dalam mengatasi defisiensi vitamin A di negara-negara seperti Ghana.

Selain itu, penelitian ini juga menyoroti pentingnya pendekatan yang lebih personalisasi dalam nutrigenomics, di mana perbedaan genetik individu diakui dan diperhitungkan dalam merancang program kesehatan dan gizi yang sesuai. Dengan memahami bagaimana variasi genetik memengaruhi metabolisme nutrisi, kita dapat mengembangkan pendekatan yang lebih terfokus dan efektif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Mengapa Penting untuk Memahami Variasi Genetik dalam Pengolahan Beta-Caroten menjadi Vitamin A

Tingginya kadar beta-carotene dalam darah dapat menjadi indikasi penurunan kemampuan tubuh untuk mengonversinya menjadi Vitamin A. Hal ini menjadi perhatian penting karena Vitamin A memiliki peran krusial dalam menjaga kesehatan mata, sistem kekebalan tubuh, dan pertumbuhan sel.

Sumber utama Vitamin A yang dapat langsung dimanfaatkan oleh tubuh adalah dari produk hewani seperti hati, telur, susu, dan makanan laut. Namun, kebanyakan orang, terutama di negara berkembang, bergantung pada sumber tumbuhan, terutama beta-caroten, untuk memenuhi kebutuhan Vitamin A mereka. Ini adalah pilihan yang beralasan karena ketersediaan dan harga yang lebih terjangkau. Namun, penelitian menunjukkan bahwa tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama dalam mengubah beta-caroten menjadi Vitamin A.

Variasi dalam gen BCO1 pada individu dapat mempengaruhi kemampuan tubuh mereka untuk mengolah beta-caroten menjadi Vitamin A. Dengan memahami pola genetik seseorang, kita dapat memprediksi sejauh mana kemampuan mereka dalam mengonversi beta-caroten, yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat kecukupan Vitamin A dalam tubuh mereka.

Konsekuensinya, rekomendasi gizi mengenai sumber Vitamin A dapat disesuaikan dengan kondisi genetik individu. Misalnya, bagi orang dengan pola genetik yang mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mengonversi beta-caroten, perlu diberikan penekanan lebih pada konsumsi sumber Vitamin A langsung yang berasal dari produk hewani.

Ref. 

Graßmann S, et al. SNP rs6564851 in the BCO1 Gene Is Associated with Varying Provitamin a Plasma Concentrations but Not with Retinol Concentrations among Adolescents from Rural Ghana. Nutrients. 2020 Jun 16;12(6):1786.

Lietz G, et al. Single nucleotide polymorphisms upstream from the β-carotene 15,15′-monoxygenase gene influence provitamin A conversion efficiency in female volunteers. J Nutr. 2012 Jan;142(1):161S-5S


GenKu

Kenali lebih dari 80 sifat genetik penting yang ada di tubuh Anda sehingga Anda mengetahui nutrisi, olahraga yang paling sesuai, kecenderungan akan kebiasaan tertentu dan resiko penyakit yang dapat diminimalkan. 

Saat ini Harry Freitag LM, PhD, RD, founder Gizi Gama memberikan layanan konsultasi diet bagi Klien yang menjalani pemeriksaan genetik untuk dapat memperoleh anjuran mengenai diet yang tepat bagi kesehatan. 

Untuk memilih layanan dan mendaftar silahkan menggunakan tautan berikut LINK GENKU. Gunakan kode C9SRCMCC untuk mendapatkan dikson 20% dari layanan di Widya Genomic. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *