Obesitas dan Risiko Diabetes Mellitus – Resistensi Insulin

Kondisi obesitas dapat terjadi ketika jumlah energi yang dikonsumsi oleh seseorang melebihi jumlah energi yang mereka keluarkan. Kondisi ini merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik dan lingkungan, yang memengaruhi pola konsumsi energi dan pengeluaran energi. Oleh karena itu, obesitas harus dipahami sebagai gangguan yang sangat bervariasi dengan penyebab yang beragam.

Faktor genetik dalam perkembangan obesitas telah dikaitkan dengan leptin, yang dikode oleh gen ob pada tikus. Pemberian leptin kepada tikus telah terbukti mengurangi asupan makanan dan, akhirnya, berat badan. Ini mengindikasikan peran leptin dalam obesitas. Namun, pada manusia yang mengalami obesitas, tingkat leptin sering kali tinggi. Hal ini mengarah pada dugaan bahwa individu yang mengalami obesitas dapat mengalami resistensi terhadap leptin. Beberapa gen lain juga diidentifikasi sebagai berpotensi berpengaruh pada obesitas, terutama gen-gen yang mengatur penggunaan energi tubuh (Hill et al., 2000).

Obesitas seringkali menyebabkan berbagai perubahan pada individu, termasuk perubahan dalam sistem hormonal dan metabolisme. Perubahan tersebut dapat mencakup gangguan pada hormon pertumbuhan, peningkatan triiodotironin, penurunan kadar tiroksin dalam plasma, serta peningkatan hormon kortisol.

Pada wanita yang mengalami obesitas, juga sering terjadi peningkatan hormon luteinizing, estrogen, dan androgen, serta gangguan pada siklus menstruasi. Sementara itu, pada pria dengan obesitas, terjadi penurunan kadar testosteron yang disertai perubahan androgen menjadi estrogen, meskipun ini tidak berpengaruh pada libido dan potensi seksual (Hirsch et al., 1995).

Individu yang mengalami obesitas juga sering mengalami gangguan toleransi glukosa, yang disebut sebagai impaired glucose tolerance. Namun, penurunan berat badan pada penderita obesitas dapat menghasilkan peningkatan aspek metabolik, terutama dalam hal kontrol glikemik, tekanan darah, dan penurunan kadar trigliserida dalam plasma.

Orang yang mengalami penumpukan lemak di bagian perut memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan toleransi glukosa, diabetes mellitus tipe 2 yang tidak bergantung pada insulin, serta gangguan metabolisme lainnya.

Obesitas dapat mengakibatkan resistensi insulin, yang mengganggu kemampuan insulin untuk mempengaruhi pengambilan glukosa dan metabolismenya pada jaringan yang peka terhadap insulin. Ini juga meningkatkan sekresi insulin dalam darah.

Penelitian pada sel pasien obesitas telah menunjukkan bahwa terjadi pengurangan dalam keterkaitan insulin dengan reseptor spesifiknya, pengurangan aktivitas reseptor insulin tirosin kinase, pengurangan aktivitas transport glukosa, serta pengurangan jumlah dan aktivitas glycogen synthase (Hirsch et al., 1995).

Untuk mendapatkan materi lebih lanjut, bergabunglah dengan Kelas Manajemen Obesitas yang tersedia di Udemy. Gunakan tautan pada gambar berikut.

Oleh Harry Freitag LM, S.Gz, M.Sc, RD, PhD

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *