Pernahkah kamu merasakan konstipasi? Gimana rasanya? Pasti rasanya sangat tidak nyaman. Konstipasi tidak hanya menghantui usia muda saja, konstipasi pada lansia pun juga sering ditemukan pada banyak kasus.
Konstipasi atau sembelit adalah sebuah kondisi saat seseorang merasa sulit untuk buang air besar (BAB).
Kondisi ini menyebabkan feses menumpuk terlalu lama di dalam usus besar. Sehingga, akan menyebabkan feses menjadi keras, kering, dan sulit untuk dikeluarkan.
Konstipasi ini bisa kamu amati dari beberapa tanda atau gejala khas yang muncul.
Salah satu tanda kalau seseorang mengalami konstipasi yaitu saat frekuensi BAB dalam seminggu hanya sebanyak tiga kali atau bahkan kurang.
Tanda lainnya yang bisa kamu amati yaitu:
- Tekstur feses keras.
- Merasa kesulitan saat mengeluarkan feses (seperti ada yang mengganjal).
- Perut tidak merasa lega atau kosong setelah BAB.
- Perlu mengejan dengan keras saat BAB.
Jenis Konstipasi pada Lansia
Konstipasi pada lansia terbagi atas dua jenis yaitu:
1. Konstipasi Primer
Konstipasi primer adalah jenis konstipasi yang terjadi karena adanya gangguan pada fungsi saluran cerna lansia.
Gangguan ini jenisnya bisa beragam. Bisa jadi karena tekstur feses yang terlalu keras, pergerakan usus yang telalu lambat, atau adanya gangguan pada otot anus dalam mengeluarkan feses.
Di sebagian kasus konstipasi, gangguan yang dialami tidak hanya salah satu dari tiga tersebut saja. Namun kombinasi dari ketiganya.
2. Konstipasi Sekunder
Konstipasi sekunder merupakan konstipasi yang muncul karena pengobatan ataupun adanya penyakit. Contohnya seperti penyakit saluran cerna dan anus, penyakit metabolik, gangguan ginjal, dan lain-lain.
Penyebab Konstipasi pada Lansia
Penyebab konstipasi pada lansia bisa muncul karena faktor perubahan fisiologis yang terjadi seiring bertambahnya usia. Selain itu, ada juga beberapa penyebab lain seperti:
- Berkurangnya mobilitas usus.
- Dehidrasi.
- Pola makan yang kurang baik.
- Kurangnya aktivitas fisik.
- Adanya penyakit-penyakit kronis baik yang berhubungan dengan saluran cerna ataupun tidak.
- Berukurangnya kemampuan kerja otot pelvis.
- Adanya masalah psikologis yang berkaitan dengan menurunnya kualitas pola makan.
Cara Mencegah Konstipasi pada Lansia
Ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah konstipasi pada lansia yaitu:
- Konsumsi air yang cukup (2 liter/hari).
- Melakukan aktivitas fisik secara rutin.
- Konsumsi serat sesuai kebutuhan (22-30 gram pada laki-laki dan 20-25 gram pada perempuan).
- Batasi konsumsi makanan yang dapat meningkatkan risiko konstipasi.
Dari beberapa contoh tersebut, kamu bisa lihat kalau makanan punya pengaruh dalam mencegah konstipasi.
Sehingga, sebagai ahli gizi, kamu perlu memberikan contoh kepada lansia makanan apa saja yang sebaiknya lansia konsumsi dan batasi demi mencegah konstipasi di kemudian hari.
Daftar Makanan yang Dianjurkan dan Dibatasi
Karena pemenuhan kebutuhan serat harus dipenuhi untuk mencegah konstipasi, makanan yang disarankan tentu saja adalah makanan yang tinggi akan serat yaitu:
- Sayur-sayuran
- Buah-buahan
- Kacang-kacangan
- Biji-bijian
- Beras merah atau beras hitam
- Oatmeal
Meskipun makanan-makanan di atas mengandung serat dan bagus untuk mencegah konstipasi, ahli gizi tetap perlu melakukan penyesuaian dalam pemberian konsultasi terkait makanan apa saja yang bisa lansia konsumsi.
Penyesuaian tersebut bisa merujuk pada penyakit penyerta yang bisa jadi dialami oleh pasien/klien lansia.
Selain itu, ahli gizi juga perlu mengingatkan lansia untuk membatasi makanan yang dapat meningkatkan risiko konstipasi seperti:
- Makanan yang digoreng
- Makanan siap saji
- Daging merah
- Susu dan produk turunannya
Penanganan Konstipasi pada Lansia, Bagaimana Peran Ahli Gizi?
Ahli gizi dapat melakukan penanganan konstipasi pada lansia dengan beberapa cara. Terutama yang berhubungan dengan perubahan pola makan dan perilaku.
Pertama-tama, ahli gizi dapat menyusun rencana seperti memastikan kecukupan cairan dan serat pada lansia. Selain itu, lansia juga bisa diarahkan untuk mulai melakukan aktivitas fisik secara ringan agar tubuh lebih aktif.
Hal ini perlu dilakukan agar bisa mengurangi gejala konstipasi dan rasa tidak nyaman di perut. Tujuan berikutnya dari penanganan ini yaitu agar pergerakan usus bisa lebih lancar, tekstur feses bisa lebih lembut, dan frekuensi BAB lansia kembali normal.
Ayo, Cegah Konstipasi pada Lansia!
Konstipasi adalah gangguan sistem pencernaan yang bisa menyerang semua orang. Namun, lansia punya risiko yang lebih besar untuk terkena konstipasi.
Kabar baiknya adalah, konstipasi bisa dicegah melalui makanan dan perilaku. Memenuhi kebutuhan serat dan cairan serta membatasi konsumsi makanan yang memicu konstipasi adalah caranya.
Di sini, ahli gizi punya peran penting dalam pengawasan dan pengaturan makan bagi lansia.
Ahli gizi bertugas untuk memastikan kalau pemenuhan serat dan cairan berjalan dengan baik tanpa mengabaikan pemenuhan zat gizi lainnya yang lansia perlukan.
Penulis: I Putu Febrian Andira Putra, S.Gz
References :
https://www.healthline.com/health/constipation-in-elderly
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/constipation/symptoms-causes/
https://www.rspondokindah.co.id/id/news/mengenal-konstipasi–si-pengganggu-saluran-cerna
https://www.news-medical.net/health/Constipation-in-the-Elderly.aspx
https://www.everydayhealth.com/constipation-pictures/foods-to-avoid-for-constipation-relief.aspx