Mengenal 2 Jenis Makrofag di Jaringan Lemak

Makrofag yang terdapat pada jaringan adiposa merupakan salah satu komponen sistem imun yang memegang peranan penting terhadap kejadian inflamasi dan resistensi insulin pada kondisi obesitas. Pada mencit yang mengalami obesitas, diperkirakan terdapat peningkatan hingga 4 kali lipat jumlah makrofag yang masuk ke dalam jaringan adiposa. Banyaknya sel makrofag yang masuk ke dalam jaringan adiposa ini terjadi karena meningkatnya asam lemak bebas, kolesterol dan lipopolisakarida (LPS) di jaringan lemak dalam keadaan obesitas. LPS ini kemudian akan mengaktivasi toll-like receptor 4 (TLR 4) yang pada gilirannya akan memacu makrofag untuk menghasilkan sitokin dan kemokin. Kedua sinyal ini menarik lebih banyak monosit dan efektor sistem imun lain masuk ke dalam jaringan adiposa. Hingga saat ini telah diteliti peran makrofag pada kondisi obesitas. Makrofag diketahui dapat memiliki beberapa fenotipe dimana tiap fenotipe memiliki peran yang berbeda terhadap kejadian inflamasi. Dari beberapa fenotipe tersebut pada bab ini akan dibahas mengenai fenotipe M1 dan M2 karena keduanya telah dipelajari memegang peranan terhadap kejadian resistensi insulin.

1) M1 (makrofag pro-inflamasi) 

Makrofag M1 adalah makrofag yang memiliki sifat pro-inflamasi. Jenis makrofag ini distimulasi oleh sitokin yang diproduksi oleh sel Th1 seperti interferon-γ (IFN-γ) atau molekul lain (misalnya LPS). M1 dapat menghasilkan beberapa sitokin di antaranya IL-6, TNF-α, IL-1β, IL-12, dan IL-23 serta kemokin seperti CXCL9 dan CXCL10. Untuk dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin, proses inflamasi akan memengaruhi beberapa jalur. Sinyal inflamasi telah diketahui menginduksi jalur JNK1 dan 2 (Jun NH2-terminal kinase 1 dan 2), IKK (inhibitor κB kinase), dan p38 MAPK (mitogen-activated protein kinase p38). Induksi pada jalur ini kemudian menurunkan fosforilasi pada protein yang bertanggung jawab untuk melanjutnya sinyal dari insulin yaitu insulin receptor substrate (IRS). Sebagai tambahan, leptin juga memegang peranan dalam terjadinya resistensi insulin. Peningkatan masa lemak yang berlebihan pada jaringan adiposa mengarah pada peningkatan produksi leptin. Leptin mengaktifkan jalur mTOR serta menginduksi polarisasi T1 yang keduanya juga mengarah pada perkembangan resistensi insulin. 

2) M2 (makrofag anti-inflamasi)

Berbeda dengan M1, M2 memiliki peran dalam pengendalian inflamasi serta remodeling jaringan. M2 dapat menekan sistem imun karena dapat menyekresikan IL10 dan transforming growth factor β (TGF-β). Terdapat beberapa subtipe M2 yaitu M2a (diinduksi oleh IL-4), M2b (diinduksi kompleks imun dan TLR) dan M2c (diinduksi IL-10 dan glukokortikoid). Hingga saat ini masih belum jelas bagaimana perbedaan peran dari masing-masing subtipe dari M2 tersebut. Pada kondisi normal (tidak mengalami obesitas) proporsi M2 dibandingkan M1 cukup besar yaitu 4:1. Proporsi ini berubah seiring dengan kejadian obesitas. Terdapat beberapa teori mengenai bagaimana proporsi M2 lebih tinggi dibandingkan dengan M1 pada kondisi normal.

Perbedaan populasi sel M2 dengan sel M1 pada jaringan adiposa serta sinyal pro-inflamasi (M1) dan anti-inflamasi (M2) yang dihasilkan sel tersebut

Saat tubuh memiliki berat badan yang ideal, adiposa menyekresi adiponektin dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi obesitas. Adiponektin adalah protein yang diproduksi oleh jaringan lemak dan mampu meningkatkan pembentukan M2. Selain adiponektin, adanya Treg juga ditengarai berkaitan dengan tingginya proporsi M2. Treg merupakan sel imun yang memiliki peran menginduksi diferensiasi makrofag M2.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa jaringan adiposa bukanlah jaringan yang hanya secara pasif menyimpan energi, tetapi merupakan jaringan kelenjar yang aktif memproduksi beberapa jenis protein yang memiliki pengaruh secara sistemik. Jaringan adiposa menghasilkan beberapa jenis produk dan beberapa di antaranya telah banyak diketahui seperti leptin, adiponektin, TNFα, resistin, IL-6, retinol binding protein 4 (RBP4) dan Sfrp5. Saat ini peneliti masih mempelajari mekanisme kerja dari protein-protein tersebut, serta dampaknya bagi kesehatan salah satunya adalah induksi inflamasi dan resistensi insulin. 

Oleh : Harry Freitag LM, S.Gz, M.Sc, RD, PhD

Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai jaringan adiposa, ikuti Kelas Manajemen Obesitas oleh Harry Freitag LM, S.Gz, M.Sc, RD, PhD di udemy.


<<< Klik Gambarnya

Diet Mediterania: Teori dan Aplikasi bagi Masyarakat Indonesia.

Penulis: Harry Freitag Luglio Muhammad

ISBN: 978-602-386-946-6

Indonesia mengalami peningkatan kejadian penyakit tidak menular. Penyakit tersebut kini menjadi penyebab kematian tertinggi di negara ini. Oleh karena itu, alternatif diet yang lebih sehat diperlukan masyarakat agar risiko penyakit ini dapat diturunkan. Selama lebih dari 70 tahun, diet mediterania telah diteliti dan dibandingkan dengan diet lain di seluruh dunia. Hasilnya adalah diet ini memiliki keunggulan yang signifikan terhadap upaya pencegahan penyakit tidak menular. Di dalam buku ini dijelaskan konsep dan aplikasi diet mediterania serta manfaatnya bagi kesehatan, terutama pencegahan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes melitus, dan stroke. Penjelasan mengenai manfaat diet mediterania bagi kesehatan dijelaskan melalui riset-riset yang bersifat mutakhir (state of the art). Di dalam buku ini, penulis juga mempresentasikan hasil penelitiannya dalam upaya mengadopsi diet mediterania bagi masyarakat Indonesia.

Buku ini disusun sebagai sebuah pengantar yang menjelaskan alur berpikir bagaimana sebuah diet memiliki manfaat klinis dan subklinis dalam pencegahan penyakit. Buku ini ditujukan untuk ahli gizi agar memiliki pilihan lebih banyak dalam mengubah pola makan kliennya. Buku ini juga merupakan sebuah penawaran untuk mengadopsi pola makan baru bagi masyarakat Indonesia. Pola makan yang tidak dilahirkan oleh masyarakat kita, tetapi telah terbukti memberikan manfaat kesehatan. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *