Konsep Surplus Energi dan Obesitas / Kegemukan

Tubuh manusia diciptakan sebagai sebuah set mesin yang digunakan untuk menggunakan energi biologis dan juga menyimpan energi hingga saat energi tersebut dibutuhkan. Kemampuan menyimpan energi ini yang kemudian membuat manusia dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan perubahan kondisi yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Saat ketersediaan energi berkurang maka manusia akan menggunakan energi dari simpanan energinya sedangkan saat energi berlebih maka tubuh kita akan menyimpan kelebihan energi tersebut. Simpanan energi ini dimediasi oleh lemak. Tubuh menyimpan lemak sebagian besar dalam jaringan adiposa. Perubahan yang terjadi dalam siklus kekurangan dan kelebihan energi akan menyebabkan fluktuasi terhadap berat badan mengingat lemak juga merupakan salah satu komposisi utama tubuh kita. 

Fluktuasi Ketersediaan Energi dan Implikasinya Terhadap Berat Badan 

Sepanjang hidup manusia, sangat sulit bagi kita untuk mengonsumsi makanan dengan jumlah yang sama, berbentuk sama dan diolah dengan cara yang sama dalam kurung waktu jangka panjang. Manusia mengolah berbagai macam sumber daya alam yang ada di muka bumi ini untuk menyediakan energi bagi tubuhnya dalam bentuk makanan. Makanan ini disiapkan dengan berbagai macam metode dan berasal dari berbagai macam sumber. Kita mengembangkan suatu sistem sosial dimana makanan tidak hanya soal untuk mencukupi kebutuhan tubuh melainkan juga sebagai bentuk komunikasi, dan bagian dari struktur sosial. Saat ini makanan juga berkaitan erat dengan gaya hidup. 

Oleh karena jumlah energi yang dikonsumsi (dan juga yang digunakan) tidak konstan maka tidak mengherankan jika tubuh kita juga ikut mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kondisi ini biasanya berkaitan erat dengan keadaan atau kondisi yang mendukung perubahan berat badan. Sebagaimana tubuh kita mengalami perubahan berat badan setiap harinya, ada beberapa kejadian yang bisa dianggap sebagai komponen yang menggambarkan perubahan berat badan. Sebagai contoh, bagi mayoritas muslim, menjalani ibadah puasa berkaitan dengan penurunan berat badan dan perayaan Idul Fitri berkaitan dengan peningkatan berat badan. Kondisi ini erat kaitannya dengan situasi sosial dimana mengharuskan kita mengalami perubahan asupan makan yang cukup ekstrim. Sebagai salah satu pertimbangan adalah bahwa tubuh sebenarnya memiliki kemampuan untuk mengembalikan berat badan ke bentuk awalnya setelah perubahan yang sifatnya jangka panjang. Sebagai contoh seseorang yang menyelesaikan puasa di bulan Ramadhannya dapat dengan sangat cepat mengalami peningkatan berat badan mencapai berat badannya yang sebelumnya.

Untuk memahami fenomena tersebut maka penting bagi kita untuk memahami hukum thermodinamika. Hukum yang pertama menyebutkan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan melainkan dapat diubah menjadi bentuk yang lain. Energi yang dikonsumsi dari makanan dan minuman diubah menjadi bentuk energi yang dapat digunakan oleh tubuh manusia. Ketika dibutuhkan energi tersebut akan digunakan namun ketika tidak digunakan maka tubuh tidak dapat menghilangkan energi melainkan mengubahnya menjadi bentuk lain yang dapat disimpan. Mayoritas dari tubuh manusia menyimpan energi dari dalam bentuk lemak (77%) dan sisanya dalam bentuk protein (22%) dan glikogen/karbohidrat (1%). Satu hal yang menarik adalah bahwa energi dapat mengalami kehilangan (keluar dari sistem tubuh tanpa digunakan) melalui feses, urin dan panas. 

Meskipun demikian perlu diketahui bahwa hukum pertama termodinamika tidak mempertimbangkan bahwa asupan energi mungkin dapat meningkat dengan meningkatnya aktivitas fisik. Hal tersebut dapat berlangsung karena perubahan nafsu makan. Kedua, pengeluaran energi juga dapat meningkat sebagai respon peningkatan asupan makanan. Ketiga, simpanan energi dapat dipengaruhi oleh asupan energi atau pengeluaran energi. 

Hukum kedua dari termodinamika adalah ketika makanan digunakan untuk kepentingan tubuh, maka sebagian energi tersebut akan disertai oleh kehilangan energi dalam bentuk panas. Energi yang berasal dari makanan tidak semuanya dapat diolah menjadi ATP. Kejadian ini terjadi sangat bergantung pada tingkat efisiensi penggunaan energi oleh tubuh. Kehilangan panas ini juga dapat terjadi selama aktivitas fisik. 

Suatu hal yang menarik dari fluktuasi berat badan dan energi ini adalah bahwa manusia makan tidak selalu makan dalam hidupnya. Kita memiliki siklus saat makan dan saat tidak makan. Meskipun demikian, tubuh kita menggunakan energi secara terus menerus. Meskipun terdapat perbedaan dari waktu ke watu, energi mengalir seperti keran yang tidak terputus. Meskipun kita tidak makan secara terus menerus, kita setiap harinya mengonsumsi makanan bervariasi. Rerata manusia memiliki konsumsi energi yang bervarias antara 15-20%. Meskipun kita setiap hari makan dengan jumlah yang berbeda, pengeluaran energi kita cenderung stabil yaitu bervariasi antara 5 hingga 8%. Oleh karena itu, tubuh mengembangkan proses adaptasi saat kita tidak mengonsumsi energi.

Untuk mendapatkan materi lebih lanjut, bergabunglah dengan Kelas Program Penurunan Berat Badan yang tersedia di Udemy. Gunakan tautan pada gambar berikut.

Oleh Harry Freitag LM, S.Gz, M.Sc, RD, PhD

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *