Oksidasi Lemak dan Obesitas, Mengapa Sebagian Sulit Membakar Lemak ?

Ditulis oleh : Harry Freitag Luglio Muhamma, PhD, RD (Peneliti, Dietisien, Enterpreneur)

Pengaturan metabolisme lipid/lemak di dalam adalah kunci rahasia dalam manajemen penanganan obesitas dan upaya penurunan berat badan. Bayangkan tubuh Anda sebagai mesin canggih yang selalu beroperasi. Setiap kali Anda makan, minum, atau bahkan hanya bergerak, tubuh Anda memproses energi. Metabolisme lipid adalah kunci utama dalam proses ini. Ini bukan hanya tentang membakar lemak, tetapi tentang bagaimana tubuh Anda mengatur cadangan energi.

Dalam kondisi ini, kelebihan energi disimpan dalam bentuk lipid. Tubuh adalah bank besar yang menyimpan lemak untuk hari-hari yang mendatang.

Namun, ketika Anda mengurangi pasokan energi atau meningkatkan penggunaannya, terjadi keseimbangan energi negatif. Sekarang, tubuh Anda menghadapi tantangan berbeda. 

Tubuh ingin mengakses cadangan lemak yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan energi. Inilah saatnya lemak dibakar untuk menghasilkan tenaga. 

Proses dimana tubuh menyimpan dan menggunakan simpanan lipida tidak hanya tentang mengejar angka di timbangan, tetapi tentang kesehatan yang lebih baik. Sebagian besar proses yang terlibat dalam penyimpanan energi dalam bentuk lemak disebut de novo lipogenesis. Ini adalah cara alami tubuh menghasilkan lemak dari asupan energi yang berlebihan masuk ke dalam tubuh. 

Namun, ada juga proses lain yang tak kalah penting, yaitu lipolisis dan oksidasi asam lemak. Inilah saat tubuh mengubah lemak menjadi energi yang dapat digunakan.

Saat komponen-komponen ini tidak berfungsi seperti yang seharusnya, tubuh bisa kehilangan kendali atas cadangan lemaknya, dan inilah saatnya berat badan naik secara tidak terkendali.

Dalam mempelajari faktor-faktor yang berkaitan dengan obesitas, tidak ada topik yang lebih menarik perhatian para ahli daripada metabolisme lemak/ lipid. 

Tidak hanya menjadi subjek yang intens dipelajari, metabolisme lipid juga ternyata memiliki peran penting dalam menentukan kesuksesan sebuah program penurunan berat badan.

Hingga saat ini, rangkaian penelitian telah menunjukan adanya gangguan yang terjadi dalam proses lipolisis atau pemecahan lemak pada individu yang mengalami obesitas atau kegemukan. 

Tetapi, tidak hanya itu, pandangan terkini dari Rogge dan rekan-rekannya (2009) menambah dimensi baru dalam perdebatan ini dengan menyoroti pentingnya oksidasi asam lemak atau yang dikenal dengan istilah fatty acid oxidation (FAO). Mereka menyebutkan bahwa peristiwa ini memiliki peranan yang signifikan dalam mengatur perkembangan obesitas pada manusia.

Respiratory Quotient

Untuk lebih memahami peran metabolisme dalam upaya penanganan obesitas, kita perlu menilik konsep Respiratory Quotient (RQ). 

RQ adalah cara kita mengukur bagaimana tubuh kita memproses zat gizi makro seperti karbohidrat dan lemak. Hal ini dilakukan dengan membandingkan volume (karbon dioksida) CO2 yang dihasilkan dengan volume (oksigen) O2 yang digunakan saat seseorang bernafas. 

Saat manusia bernafas, kita memasukan oksigen ke dalam paru-paru kita. Selanjutnya paru-paru akan mengalirkan oksigen tersebut beredar ke seluruh sel melalui aliran Darah. Di dalam setiap sel, oksigen digunakan dalam proses pengolahan zat gizi untuk menghasilkan ATP (yang akan membawa energi). Sebagai produk sampingan tubuh menghasilkan karbondioksida. Seberapa banyak karbondioksida yang dihasilkan menunjukan seberapa banyak karbohidrat yang diolah untuk menghasilkan ATP.

Misalnya, lemak memiliki nilai RQ sekitar 0,7, sedangkan karbohidrat memiliki nilai sekitar 1. 

Jadi, ketika nilai RQ meningkat, itu menunjukkan bahwa tubuh lebih banyak menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa salah satu perbedaan utama antara individu yang memiliki berat badan normal dan mereka yang mengalami obesitas adalah dalam perubahan metabolisme energi. 

Ini termasuk penurunan dalam FAO, peningkatan permintaan glukosa untuk sintesis ATP, konsentrasi basal ATP yang rendah, dan akumulasi lipid dalam otot dan organ-organ lainnya.

Tentu saja, penurunan FAO ini memiliki implikasi yang besar dalam upaya penanganan obesitas. Penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang mengalami obesitas atau yang pernah mengalami obesitas memiliki tingkat oksidasi lemak yang lebih rendah, yang tercermin dalam peningkatan nilai RQ. 

Bahkan, dalam sebuah penelitian, subjek yang mengalami penurunan berat badan dari kategori obesitas ke kategori yang lebih sehat, masih menunjukkan tingkat FAO yang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang tidak pernah mengalami obesitas.

Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang peran metabolisme lipid, FAO, dan RQ tidak hanya memberikan wawasan yang berharga dalam memahami mekanisme obesitas, tetapi juga memberikan landasan yang kuat untuk pengembangan strategi pencegahan dan penanganan yang lebih efektif terhadap masalah kesehatan global ini.

Respiratory Quotient dan Obesitas

RQ bukanlah sekadar istilah ilmiah yang menggantung sebagai sebuah konsep ilmiah, tetapi merupakan kunci pemahaman bagi para ahli gizi mengenai metabolisme seseorang. 

Dalam dunia kesehatan, RQ adalah metode yang tak tergantikan untuk mengukur keluaran atau metabolisme zat gizi dalam tubuh. Bayangkan Anda memiliki alat yang dapat memetakan dengan presisi seberapa efisien tubuh Anda menggunakan zat-zat gizi yang Anda konsumsi. Inilah yang dilakukan oleh RQ.

Penelitian terbaru, seperti yang dilakukan oleh Seidell dkk. pada tahun 1992, telah menyoroti hubungan antara RQ dan peningkatan berat badan. Peneliti menemukan bahwa terdapat korelasi antara peningkatan nilai RQ, dan penurunan oksidasi asam lemak (FAO) terhadap penambahan berat badan. 

Mengapa ini penting? 

Inilah sebabnya mengapa konsep dasar dari manajemen berat badan adalah meningkatkan oksidasi asam lemak, atau dengan kata lain, meningkatkan penggunaan lemak sebagai sumber energi. Memahami dinamika ini memberi kita lebih dari sekadar wawasan; itu memberi kita alat yang kita butuhkan untuk mengambil kendali atas kesehatan dan kebugaran kita.

Salah satu faktor kunci yang sering kali terabaikan dalam manajemen berat badan adalah aktivitas FAO atau oksidasi asam lemak, yang memainkan peran penting dalam proses pembakaran lemak tubuh. 

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Simoneau et al. pada tahun 1999 telah mengungkapkan hubungan yang menarik antara aktivitas enzimatik FAO dan kelebihan berat badan.

Simoneau et al. menyoroti bahwa individu dengan status gizi obesitas cenderung memiliki aktivitas enzim yang mengendalikan kecepatan oksidasi asam lemak seseorang (FAO) yang relatif lebih rendah. Contoh enzim tersebut adalah CPT (carnitine palmitoyl transferase) dan CS (citrate synthase).

Bahkan, penelitian tersebut menunjukkan bahwa penurunan berat badan melalui diet sangat rendah kalori atau perubahan perilaku tidak berpengaruh pada aktivitas enzimatik FAO tersebut.

Mengapa enzim yang mengendalikan FAO menjadi begitu penting? 

Aktivitas CPT memiliki peran krusial dalam mengatur produksi ATP (energi) dari asam lemak, yang merupakan bahan bakar utama bagi tubuh kita.

Ragge et al. (2009) menjelaskan bahwa penurunan aktivitas CPT dapat menghambat aliran asam lemak ke dalam mitokondria, yang pada gilirannya dapat memicu pembentukan lemak baru (de novo lipogenesis) dan mengurangi pasokan energi yang tersedia untuk tubuh (FAO). 

Dengan demikian, penurunan aktivitas CPT dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan dan membuat lebih sulit bagi individu untuk menjaga berat badan setelah menurunkannya.

Teori ini juga menyoroti bahwa individu obesitas mungkin memiliki mekanisme internal yang membuat mereka lebih sulit menurunkan berat badan. Penurunan berat badan sering kali diikuti oleh penurunan pengeluaran energi, yang pada akhirnya dapat memperlambat proses penurunan berat badan dan bahkan membuat upaya penurunan berat badan menjadi tidak efektif.

Studi yang dilakukan oleh Elia et al. pada tahun 1999 juga menyoroti perbedaan dalam respons tubuh terhadap kondisi kekurangan makan antara individu gemuk dan individu dengan berat badan normal. 

Hal ini menegaskan bahwa pendekatan penurunan berat badan harus dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan individu. Memahami bagaimana tubuh Anda merespons berat badan dan upaya penurunan berat badan dapat membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dan mencapai hasil yang lebih berkelanjutan. 

Jadi, apabila kita ingin mencapai keberhasilan dalam program penurunan berat badan Anda, pertimbangkanlah untuk menggali lebih dalam tentang aktivitas FAO dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi upaya penurunan berat badan Anda secara keseluruhan.

Pelajari lebih lanjut mengenai obesitas dan penanganannya

Manajemen Obesitas

Obesitas adalah masalah kesehatan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap beberapa jenis penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskuler dan diabetes tipe 2. Pelajari manajemen obesitas dari konsep hingga praktis, Kembangkan program penurunan berat badan berbasis bukti ilmiah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *