Alkohol Tidak untuk Semua Orang

Minuman berakohol adalah minuman yang banyak dikonsumsi secara global, meskipun demikian konsumsi alkohol di Indonesia tergolong sangat rendah. Berdasarkan data dari Statista, rata-rata konsumsi alkohol di Indonesia hanya mencapai 0,33 liter per orang per tahun, jauh di bawah konsumsi di negara lain.

Meskipun pada sebagian negara di benua Eropa dan Amerika konsumsi alkohol menjadi salah satu komponen penting dalam kegiatan sosial, asupan yang berlebihan diketahui berdampak buruk bagi kesehatan.

Laporan dari beberapa organisasi kesehatan dunia menunjukan bahwa konsumsi alkohol yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, seperti aritmia dan kardiomiopati, serta meningkatkan risiko penyakit jantung iskemik dan hipertensi. Selain itu, alkohol dapat merusak hati, menyebabkan kondisi seperti steatosis (fatty liver), sirosis, dan kanker hati. Tidak hanya itu, konsumsi alkohol juga berdampak pada sistem saraf, meningkatkan risiko stroke iskemik dan hemoragik, serta merusak organ lain seperti paru-paru, pankreas, otot, tulang, saluran pencernaan, dan rongga mulut.

Mengapa demikian ?

Alkohol yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami serangkaian reaksi enzimatis untuk dinetralkan dan diubah menjadi senyawa yang lebih aman. Proses ini dimulai dengan konversi etanol menjadi asetaldehida oleh enzim alkohol dehidrogenase (ADH). Selanjutnya, asetaldehida diubah menjadi asetat oleh enzim aldehid dehidrogenase (ALDH). Asetat kemudian dapat dikonversi menjadi Asetil-CoA oleh enzim Acetate-CoA ligase (ACSL), yang digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan energi. Seluruh proses ini penting untuk mencegah akumulasi zat-zat toksik dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ.

Ketika alkohol dikonsumsi, senyawa asetaldehida yang dihasilkan dari metabolisme alkohol akan menumpuk di hati jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Hati bertanggung jawab untuk mengolah asetaldehida menjadi Asetil-CoA. Namun, jika terlalu banyak alkohol dikonsumsi, kemampuan hati untuk memproses asetaldehida menurun, menyebabkan penumpukan zat beracun ini. 

Akumulasi asetaldehida dapat merusak sel-sel hati, yang berpotensi menyebabkan berbagai kondisi seperti steatosis (penumpukan lemak di hati), steatohepatitis (peradangan hati), fibrosis (pengerasan jaringan hati), sirosis (kerusakan hati yang parah), hingga hepatocellular carcinoma (kanker hati). Oleh karena itu, konsumsi alkohol yang berlebihan sangat berisiko menyebabkan penyakit liver seperti Alcoholic Liver Disease.

Peranan Variasi Genetika untuk Mengetahui Risiko Alkohol

Tespon tubuh terhadap alkohol, termasuk seberapa kuat atau rentan seseorang terhadap kerusakan hati akibat konsumsi alkohol, dipengaruhi oleh faktor genetik. Meskipun ada orang yang bisa mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar tanpa menunjukkan kerusakan hati yang signifikan, ada pula yang mengalami kerusakan hati meskipun hanya minum sedikit alkohol. Perbedaan ini sebagian besar disebabkan oleh variasi dalam DNA kita yang mempengaruhi cara tubuh memetabolisme alkohol dan menangani produk sampingan beracun seperti asetaldehida. 

Variasi genetik ini dapat menentukan seberapa efisien enzim-enzim tertentu bekerja dalam proses detoksifikasi alkohol, yang pada akhirnya mempengaruhi risiko kerusakan hati.

Salah satu gen yang berperan dalam mengolah alkohol di dalam tubuh adalah gen ALDH2. Pada orang dengan varian wildtype dari gen ALDH2, proses ini berjalan dengan baik, sehingga asetaldehida yang berbahaya dapat diubah menjadi asetat yang aman. Namun, pada orang dengan varian lainnya dari gen ALDH2, kemampuan untuk mengubah asetaldehida menjadi asetat terganggu, sehingga mereka lebih rentan terhadap efek buruk dari konsumsi alkohol. Studi menunjukkan bahwa orang dengan gen ALDH21 lebih mampu mengolah asetaldehida dengan baik, sehingga efek negatif dari alkohol lebih ringan bagi mereka dibandingkan dengan orang yang memiliki gen ALDH22.

Hal ini dibuktikan oleh hasil meta-analisis yang dipublikasikan oleh Lei He dkk pada tahun 2016, yang mengkaji hubungan antara polimorfisme gen ALDH2 dan risiko sirosis hati akibat alkohol pada populasi Asia Timur. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa variasi gen ALDH2 secara signifikan berhubungan dengan peningkatan risiko terkena sirosis hati bagi individu yang mengonsumsi alkohol. Studi ini memperkuat pemahaman bahwa genetik berperan penting dalam mempengaruhi risiko penyakit hati akibat alkohol, terutama pada kelompok etnis tertentu yang memiliki prevalensi tinggi terhadap mutasi gen ALDH2.

Pemeriksaan gen ALHD2 untuk mengetahui potensi masalah akibat konsumsi alkohol dapat dilakukan di Widya Genomic.  Pemeriksaan juga meliputi lebih dari 80 risiko masalah kesehatan, kebugaran, gizi, kulit dsb. Selain hasil pemeriksaan genetik, klien juga akan mendapatkan sesi konsultasi dengan Dokter Genomic Conselor dan Diet Conselor dari Widya Genomic. Gunakan kode C9SRCMCC untuk mendapatkan dikson 20% dari layanan di Widya Genomic. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *